Belajar Mencintai Ibu Bumi Dan Bertani di Sekolah Tani Muda

7 min read
0
776

genpijogja.com – Pertanian menjadi sektor penting penyangga kehidupan. Jumlah penduduk semakin bertambah, tentu saja kebutuhan pangan semakin melonjak. Sayangnya hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah petani.

Fakta yang terjadi justru sebaliknya, jumlah petani dan lahan pertanian semakin menipis. Alasannya tak lain karena menjadi petani dilekati label tidak sejahtera. Belum lagi pembangunan untuk mengejar kehidupan serba modern dan mudah.

Pada peradaban masa lampau, bertani dikenal sebagai kemampuan meramu. Lantas, jika kemampuan ini begitu purba, apakah bertani juga bisa disebut sebagai kemampuan yang sekadar pekerjaan tradisional? Tentu saja tidak.

Kemampuan bertani dan bercocok tanam menghasilkan makanan. Makanan ini dibutuhkan oleh setiap individu tanpa terkecuali. Jadi, sesungguhnya kemampuan bertani harusnya dimiliki oleh siapa saja yang mau bertahan hidup. Mereka yang butuh makan.

Ironisnya, perkembangan jaman yang melahirkan modernitas, menyingkirkan petani dan merendahkan profesi petani.

Baca juga: Langenastro, Ksatria Penjaga Budaya Panahan Jawa

sektimuda

Orang tua petani berharap anaknya menjadi pegawai, dokter, polisi, minimal kerja kantoran. Profesi yang menjanjikan kesejahteraan. Anak dikuliahkan ke kota, jauh dari sawah ladang. Jangan sampai tangan kotor dan mewarisi kehidupan ayah ibu.

Resah dengan jumlah petani muda yang minim, terbentuklah Sekolah Tani Muda (Sektimuda). Komunitas ini mewadahi para pemuda yang ingin belajar bertani dan mereka yang peduli pada dunia pertanian.

Sektimuda adalah program pendidikan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas anak muda untuk bekerja di bidang pertanian. Juga memfasilitasi petani dalam mengembangkan pertaniannya. Poin penting dalam mengembangkan masyarakat pertanian adalah peningkatan dan penguatan modal intelektual, modal institusional dan modal material petani muda.

Sektimuda tidak hanya menjadi wadah belajar materi pertanian, tapi juga praktek langsung di lapangan. Berinteraksi dengan petani dan membangun jaringan dengan para pelaku di bidang pertanian. Melalui model partisipatif edukatif yang dijalankan Sekolah Tani Muda, program-program pemberdayaan dapat lebih melebur bersama masayarakat dan semua anggota.

Model ini menempatkan masyarakat sebagai subjek, sehingga kebijakan pemberdayaannya pun akan mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan kapasitasnya.

Baca juga: Urban Farming Milenial Bersama Jogja Berkebun

IMG-20191002-WA0023

Dalam rangka menciptakan generasi agraris, perlu pendidikan yang mampu menyelesaikan masalah pertanian. Pendidikan bertujuan membangun jiwa agraris yang bersahabat dengan kelestarian alam, peka terhadap permasalahan sosial dan mampu memberi solusi nyata bagi kedaulatan pertanian.

Melalui kelas rutin yang dibuka untuk umum, Sektimuda memberikan materi tentang dunia pertanian. Mulai dari tata cara menanam, filosofi pertanian dan membuat sendiri kebutuhan pupuk hingga pestisida. Setelah mengikuti kelas dengan pemateri dari praktisi dan para ahli di bidangnya, peserta kelas praktek di lahan.

Konsep pertanian yang diusung Sektimuda adalah Natural Farming. Sengaja tidak menggunakan organik karena masih ada kerancuan dengan konsep itu. Natural farming adalah sistem bertani yang tidak hanya menggunakan bahan-bahan organik, tapi juga membuat sendiri pupuk serta pestisida menggunakan bahan alami di daerah masing-masing.

Pengertian Natural Farming ini sesungguhnya merupakan ringkasan dari materi pelatihan yang didapat dari penemu konsep tersebut. Seorang peneliti bernama Dr. Cho Han Kyu yang berasal dari Korea Selatan. Beliau adalah seorang doktor hewan berusia 73 tahun dan sudah memulai konsep Natural Farming sejak tahun 1960-an. Saat ini beliau dikenal sebagai Expert of Natural Farming di Jepang dan Korea.

Baca juga: Komunitas 1000 Guru Jogja: Traveling dan Mengajar di Daerah Terpencil

sekolah tani muda

 

Natural Farming sebenarnya konsep pertanian yang bertumpu pada alam dan ada tambahan dari luar (baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida). Natural Farming adalah penghayatan sekaligus perlakuan manusia terhadap alam secara arif dan cerdas.

Alam beserta isinya harus diperlakukuan penuh kasih sayang sebagaimana manusia menyayangi dirinya. Sehingga manusia memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh alam (tanah dan tanaman), sekaligus tahapan-tahapannya. Misal saja, tanaman dalam tahap pertumbuhan tentu berbeda kebutuhan nutrisinya dibanding dengan tanaman masa berbuah.

Sektimuda mengkampanyekan dan mempraktekan sistem natural farming. Tidak hanya mengadakan kelas tapi juga pendampingan kepada petani di wilayah Jogja. Harapan kedepan, Sektimuda mampu melakukan pendampingan kepada petani di seluruh Indonesia.

“Aku suka ikut Sektimuda, soalnya bisa belajar gimana caranya bertani dan peduli pada petani. Asyik sih”, ungkap Okta, salah satu peserta kelas Sektimuda angkatan 7.

Hingga saat ini kelas Sektimuda sudah sampai di angkatan ke 10. Jika ingin tahu lebih banyak soal Sektimuda dan kegiatannya, langsung saja lihat program kegiatan mereka di instagram @sektimuda.

Baca juga artikel tentang Community atau tulisan menarik lainnya Kazebara.
Load More Related Articles
Load More By Kazebara
Load More In Community