Kersanan Dalem, Kuliner Ala Sultan Hadir di Alana Jogja

7 min read
0
71

FUJI9706

Kuliner Jogja bisa jadi dikenal oleh masyarakat luas ataupun wisatawan domestik hanya diseputaran hidangan mainstream seperti gudeg, bakmi atau bakpia. Menjadi salah satu lokasi destinasi wisata terfavorit di Indonesia, Jogja dengan tentu menyimpan begitu banyak kekayaan kuliner lainnya.

Kekayaan kuliner tersebut, dapat kita temukan salah satunya berasal dari lingkungan Keraton Yogyakarta, yaitu Kersanan Dalem. Makanan yang menyimpan kekayaan kuliner yang eksotik lengkap dengan nilai-nilai sejarah dan filosofi di dalamnya.

Kersanan Dalem mengandung dua kata yaitu, kersanan (bahasa Jawa) yang berarti sangat disukai dan dalem/ndalem memiliki arti sebagai sesuatu yang dihormati, khususnya di kalangan masyarakat Jawa, baik Yogyakarta dan Surakarta, yakni sang raja. Jadi secara harafiah, Kersanan Ndalem adalah makanan yang sangat disukai Raja.

Namun literasi soal Kersanan Dalem mulai ternaskah sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubowono VII hingga Sri Sultan Hamengkubowono IX. Sehingga, menu makanan kegemaran raja mulai dari Sri Sultan Hamengkubowono VI dan sebelumnya tidak diketahui secara pasti.

Baru-baru ini The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center menghadirkan menu spesial, Kersanan Dalem, yang terdiri dari roti jok (makanan pembuka), gecok ganem (sup), beberapa jenis makanan utama berupa nasi jagung, urap-urap, urip-urip gulung, tim piyik, dan dendeng age. Tentunya, terdapat hidangan penutup yang tidak kalah menarik, prawan kenes. Makanan-makanan ini disajikan dalam satu wadah berbentuk mainan tradisional dakon dengan konsep rijsttafel.

dewangga.liem-16112022-0001

Konsep unik ini menggabungkan budaya Jawa sekaligus Eropa. Tata cara makan juga ada manner-nya. Seperti pada umumnya rijsttafel, makanan dapat dinikmati secara berurutan. Mulai dari sebelah kanan terdapat roti jok yang berperan sebagai makanan pembuka. Kemudian bergeser ke sebelah kiri terdapat sup gecko ganem, sup dengan kuah santan berisikan bola daging dan tomat ini memiliki rasa dominan gurih.

Memasuki main course, dapat langsung memadukan berbagai menu berikutnya. Nasi jagung, urap-urap, urip-urip gulung, tim piyik, dan dendeng age siap menjalankan tugasnya untuk menggoyang lidah penyantapnya. Nasi jagung di sini tidak hanya terbuat dari jagung, namun chef Alana mencampurnya dengan beras. Urap-urap merupakan campuran beberapa sayuran dengan bumbu parutan kelapa bercitarasa dominan manis.

Menu unik berikutnya adalah urip-urip gulung, kuliner ini pada dasarnya sudah sangat tenar di masyarakat luas. Berbahan dasar daging ikan lele yang digulung ini memiliki teknik memasak dengan cara dipanggang kemudian disajikan dengan kuah mangut. Kemudian tim piyik dan dendeng age memiliki karakter rasa yang mirip, cenderung manis. Yang membedakan adalah dendeng age diberikan saus santan untuk menambah rasa gurih.

Kini tugas terakhir menggoyang lidah akan diselesaikan oleh prawan kenes. Sebuah kudapan pencuci mulut yang manis ini berbahan utama pisang kapok. Diolah dengan cara dipanaskan dan dilumuri dengan saus agar tidak panas berlebih yang akan berakibat gosong.

Dalam perjalanan sejarahnya, Kersanan Dalem memiliki perisitiwa akulturasi kuliner yang semakin menambah keberagaman kuliner Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi saat masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubowono VII. Pada masa itu, pergaulan antara keraton dan Belanda terjalin begitu mesra.

Penguasa Hindia Belanda pada masa itu sering berkunjung ke keraton untuk bersilahturahmi. Sebagai kebiasaan orang Jawa, Sri Sultan Hamengkubowono VII selalu mengadakan perjamuan makan. Namun, kendala yang terjadi saat jamuan makan adalah orang Belanda memiliki kebiasaan untuk minum bir dalam setiap perjamuan makan.

Selain Kersanan Dalem, Alana juga menyajikan minuman lokal yang dijual terpisah. Minuman tersebut diberi nama Bir Pletok. Meski namanya bir pletok, namun sejatinya minuman ini adalah bir Jawa. Karena disajikan dingin dan agar lebih familiar, maka dipilih nama Bir Pletok.

Bir Jawa sendiri terbuat dari rempah seperti jahe, serai, kayu manis, cengkeh, adas, madu, dan ditambah dengan serutan kayu secang serta madu. Warna akan berubah menjadi warna bir kuning setelah ditetesi dengan jeruk nipis.

Bir ketika itu mahal sekali harganya karena harus dibawa dari Amsterdam. Memang akan murah kalau hanya diminum untuk Sultan dan tamu. Tapi berhubung sebagai status kekayaan kerajaan, bir ini harus diminum juga oleh para abdi dalem, jadi jika ditotal secara keseluruhan akan mahal. Kemudian tim kuliner keraton berusaha membuat kreasi minuman yang tampaknya seperti bir dan tidak beralkohol. Minuman ini kemudian dikenal sebagai bir Jawa.

Seluruh paduan nasi, sayur, daging, dan makanan manis bercampur menjadi satu menu yang sempurna. Dengan hadirnya menu ini, masyarakat dapat merasakan sensasi kuliner kerajaan dengan penuh nuansa dan rasa Yogyakarta yang kental. Menu Kersanan Dalem dapat dinikmati dengan harga IDR 200.000 nett/2 person setelah melakukan reservasi di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center melalui 0882-1551-3420 atau 0274-888800. Segera reservasi dan temukan kuliner nuansa kerajaan di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center.

Load More Related Articles
Load More By Dewangga Liem
Load More In Kuliner