Mengenal Pangeran Mangkubumi Lebih Dekat Melalui Pemutaran Film Dan Diskusi

8 min read
0
742

genpijogja.com – Perayaan Sekaten Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat 2019 mengusung konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berupaya mengembalikan Sekaten pada makna aslinya, sebagai wahana syiar agama Islam.

Memeriahkan Hajad Dalem Sekaten 2019 ini, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai mata air kebudayaan menyelenggarakan Pameran Budaya sebagai bentuk nguri-uri budaya. Pameran Budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun ini bertajuk “Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman”.

Diskusi Kraton Jogja

Tahun ini, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memberi sentuhan inovasi dalam perayaan Sekaten 2019. Seperti yang disampaikan GKR Bendara dalam acara Soft Opening Pameran Sekaten 2019, Jumat (1/11) pagi di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. “Pameran Sekaten 2019 dikonsep sedemikian rupa agar tidak monoton begitu-begitu saja”, ujar beliau.

Beraneka kegiatan telah dipersiapkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk melengkapi kepingan-kepingan Pameran Sekaten 2019. Ada pelatihan batik, gamelan dan tari, juga berbagai workshop dan diskusi. Kegiatan yang dibuka untuk umum ini dalam rangka mengenalkan dan mendekatkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada khalayak luas.

Salah satu program yang menarik dalam Pameran Sekaten 2019 adalah pemutaran film dan diskusi bersama pembicara yang mumpuni dalam bidangnya. Diskusi-diskusi ini disesuaikan dengan tema besar Pameran Sekaten 2019, yaitu terkait kiprah Sri Sultan HB I atau Pangeran Mangkubumi.

Kraton Jogja

Sabtu (3/11) malam, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengadakan diskusi dengan tema “Pangeran Mangkubumi dalam Pusaran Konflik di Surakarta 1740 – 1755”. Diskusi kali ini dipantik oleh Rendra Agusta dari Sraddha Institut yang mahir membaca dan menerjemahkan naskah-naskah lama.

Pada diskusi ini, dibahas juga sepak terjang Pangeran Mangkubumi sebelum bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I dalam kurun waktu yang dibatasi. Dari tahun 1740 semasa meletus Geger Pecinan, hingga tahun 1755 saat tercetus Perjanjian Giyanti.

Rendra Agusta sebagai pemantik diskusi menyampaikan materi dengan santai. Diselingi dengan melantunkan tembang-tembang macapat yang setema dengan obrolan. Hal ini terbilang wajar karena cerita-cerita sejarah yang diangkat bersumber dari tembang macapat dalam naskah-naskah lama.

Sebelum menjadi Sri Sultan HB I, Pangeran Mangkubumi memang telah menjadi tokoh penting dan besar. Sebab, putra dari Amangkurat IV dari selir Mas Ayu Tejawati ini sudah sejak kecil cakap dalam olah keprajuritan. Tidak heran, dalam perjalanannya, Pangeran Mangkubumi berhasil menghimpun massa yang setia dan cerdik menyusun strategi perang menghadapi lawannya.

“Jika cerita-cerita tentang Pangeran Mangkubumi kita uraikan. Kita butuh kuliah satu semester”, jelas Rendra Agusta disela menyampaikan materinya. Sehingga poin yang disampaikan mengerucut pada peristiwa besar dan unik. Kalau pun obrolan menyebar, hanya pada tataran menyinggung, tidak sampai dasar.

Salah satu perjuangan besar Pangeran Mangkubumi terjadi sekitar tahun 1740. Saat Bumi Mataram memasuki masa yang berat. Pemberontakan dimana-mana. Dimulai dengan pecahnya Geger Pacinan yang memaksa Keraton Mataram berpindah dari Kartasura menuju Surakarta.

Pangeran Mangkubumi mulanya menjadi sosok yang membantu Paku Buwono II. Raja Mataram yang ditentang Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa pendiri Mangkunegaran) dan banyak bawahan lainnya. Akan tetapi, Mataram yang lantas berpihak pada VOC membuat Pangeran Mangkubumi keluar dari pihaknya.

Keadaan Mataram yang semakin diperdaya VOC membuat Pangeran Mangkubumi geram. Pangeran Mangkubumi lantas berkoalisi dengan Raden Mas Said untuk lebih keras menyerang VOC. Penyerangan Pangeran Mangkubumi ini mendesak pertahanan VOC dan menewaskan banyak pasukan VOC. Beberapa waktu kemudian, Mataram berpindah ke tangan Pangeran Mangkubumi.

Ya, peliknya permasalahan politik Mataram sekitar tahun 1740 memang menarik dan penting untuk dibahas. Meskipun beberapa cerita lain tentang Pangeran Mangkubumi juga tidak bisa diabaikan. Siapa sangka, pernah ada upaya Pangeran Mangkubumi untuk menyatukan kekuatan wilayah-wilayah bekas Mataram. Namun, usaha tersebut lagi-lagi digagalkan VOC.

Diskusi Budaya

Dalam diskusi yang dilaksanakan di Bale Bang Kompleks Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini, Rendra menyampaikan banyak cerita tentang Sri Sultan HB I. Rendra juga mengatakan bahwa sosok Sri Sultan HB I bisa menjadi teladan kita semua.

“Pangeran Mangkubumi yang lantas menjadi Sri Sultan HB I mendatangkan banyak inspirasi. Dari perjuangannya, dari kecerdasannya. Semuanya. Beliau memberi nafas pada negeri yang dibangunnya. Dia membangun Jogja dengan arsitektur yang penuh filosofi, tanpa mengesampingkan aspek seni dan budaya lainnya”, imbuh Rendra.

Dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 19.00 sampai 21.00 WIB ini, banyak pengetahuan baru. “Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan HB I membangun ide tidak main-main. Dia merenung di sebuah tempat yang kini masih ada. Intinya, kita perlu mencontoh usaha perenungannya, berpikir mendalam dan hal baik lainnya dari Pangeran Mangkubumi”, pungkas Rendra mengakhiri sesi diskusi yang diikuti sekitar 30 orang ini.

Buat pengunjung yang tertarik mengikuti pemutaran film dan diskusi terkait kiprah Sri Sultan HB I atau Pangeran Mangkubumi, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadwalkan acara ini dalam 5 (lima) hari dengan tema yang berbeda-beda.

Jadwal diskusi film Pameran Sekaten 2019:
2 November: Pangeran Mangkubumi dalam pusaran konflik di Surakarta 1740-1755
4 November: Mangkubumi: Konstelasi Politik Sultan HB I 1788-1790
5 November: Arsitektur Tata Kota Kerajaan: Yogyakarta pada awal 1755
6 November: Kota Yogyakarta dalam perspektif urban
8 November: Kartasura ke Yogyakarta dalam perspektif seni pertunjukkan

Acara pemutaran film dan diskusi akan berlangsung mulai pukul 19.00 hingga 22.00 WIB di Bale Bang Kompleks Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selama Pameran Sekaten 2019. Acara ini gratis, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 untuk masuk ke Kompleks Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Baca juga artikel terkait Sekaten atau tulisan menarik lainnya Hernawan.

Load More Related Articles
Load More By Hernawan
Load More In Event