Suara dari Jogja: Penjaga Kedaulatan Indonesia

6 min read
0
228

17 Agustus 1945, Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya. Sejak saat itu, Indonesia lahir menjadi negara yang seharusnya berdaulat. Artinya, memiliki otonominya sendiri dan terbebas dari jeratan kolonialisasi yang puluhan tahun membayangi.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita perlu tahu bahwa kemerdekaan Indonesia tidak didapatkan secara cuma-cuma. Bukan juga hadiah dari bangsa yang menduduki Indonesia sebelumnya. Ya, kemerdekaan Indonesia murni berasal dari perjuangan panjang bangsa kita sendiri. Baik dengan cara angkat senjata maupun diplomasi.

WhatsApp Image 2019-03-01 at 9.43.31 AM(1)

Sebagai bangsa yang baru saja merdeka, Indonesia harus menyelesaikan berbagai problematika yang ada. Tahun 1945-1949, Indonesia memasuki era revolusi fisik. Artinya, perang fisik banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia yang semata-mata dimaksudkan untuk menjaga keutuhan Indonesia. Salah satunya Jogja. Jogja pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Jadi, tak heran lagi kalau banyak kisah perjuangan yang terukir di tempat istimewa ini.

Ada berbagai peristiwa besar yang pernah terjadi di Jogja. Salah satunya Serangan Umum 1 Maret 1949. Barangkali diantara kalian ada yang bertanya-tanya, seberapa penting peristiwa Serangan Umum 1 Maret Jogja. Sampai-sampai dibuatkan monumen besar di Kawasan Titik Nol Kilometer Jogja dan dirayakan setiap tahunnya.

Adanya Serangan Umum 1 Maret dilatarbelakangi dengan kembalinya Belanda ke Indonesia, Untuk merebut kembali wilayah yang pernah dikuasainya. 19 Desember 1949, serdadu Belanda mulai mendarat di Maguwo, Jogja dengan persenjataan yang tentunya lebih unggul daripada tentara Indonesia.

Pada waktu itu, angkatan bersenjata mulai mengerahkan tenaganya. Menurut penuturan orang-orang lama, hari itu banyak orang yang berusaha mengamankan diri. Deru mesin pesawat terdengar dari Langit Jogja. Dentuman bom menggelegar, bunyi tembakan silih berganti terdengar. Ah, bisa dibayangkan betapa mengerikannya.

Saat itu, Belanda kembali menempatkan tampuk kekuasaannya atas Indonesia. Hal ini menyebabkan carut marutnya situasi di Jogja. Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, dan berbagai petinggi negara lainnya diasingkan ke Bangka. Tentu, peristiwa ini menyebabkan berkurangnya kedaulatan Indonesia atas wilayahnya sendiri.

Dengan kembalinya Belanda yang mengobrak-abrik pemerintahan Indonesia, apakah lantas berbagai pihak diam saja? Tentu tidak. Pemerintah Indonesia sempat membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, guna menunjukkan eksistensi Indonesia apabila dibutuhkan di kemudian hari. TNI pun terus melancarkan serangan gerilya. Akan tetapi, usaha itu belum saja mampu membalik situasi yang ada hingga tercetuslah ide untuk melakukan serangan umum.

WhatsApp Image 2019-03-01 at 9.43.31 AM

Serangan Umum 1 Maret, begitu lah peristiwa ini disebut. Serangan ini menggunakan taktik yang benar-benar terstruktur. Dalam serangan umum ini, tidak hanya TNI yang mengambil perannya. Seluruh Rakyat Jogja pun bahu membahu menyukseskan serangan yang akan membuka kembali mata dunia atas Indonesia ini.

1 Maret 1949, pukul enam pagi, sirine pertanda serangan umum berbunyi. Serangan dadakan terhadap Belanda mulai dilakukan. Ribuan tentara Indonesia mengepung Kota Yogyakarta dari berbagai arah. Ya, Belanda dibuat kocar-kacir menghadapi serangan ini. Pasukan Indonesia menggertak Belanda yang sebelumnya datang dengan gagahnya. Dalam waktu enam jam, Indonesia berhasil menguasai kembali tanahnya. Menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia tetap ada.

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Jogja menjadi salah satu potongan besar dalam catatan sejarah Indonesia. Sebab, peristiwa ini menjadi titik balik kedaulatan Indonesia. Peristiwa ini menjadi saksi masih adanya kekuatan Indonesia sebagai sebuah negara meskipun pihak Belanda berusaha melemahkannya.

Sejak saat itu, mata dunia kembali melirik Indonesia. Waktu serangan yang terbilang singkat ternyata benar-benar mencapai esensinya. Menguatkan kembali posisi Indonesia. PBB sebagai wadah negara-negara di dunia pun meminta Belanda agar segera angkat kaki dan menyelesaikan konflik ini. Hingga terselenggaranya Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949 yang memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.

Ya, Serangan Umum 1 Maret merupakan suara dari Jogja yang menentukan gerak langkah pemerintahan Indonesia selanjutnya.

Load More Related Articles
Load More By Hernawan
Load More In Heritage