Waktu Batu: Rumah yang Terbakar di ARTJOG 2023 By pacarkecilku Posted on 4 July 20237 min read 0 39 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Satu rangkaian gegap gempita perhelatan ARTJOG 2023, Teater Garasi menampilkan repertoar pertunjukan “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” selama 3 (tiga) hari berturut-turut sejak Sabtu (1/7/2023) sampai dengan Senin (3/7/2023) di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta.Karya terbaru Teater Garasi berjudul “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin menyajikan pertunjukan yang mengajak manusia untuk merenungkan soal isu lingkungan dan ekologis.Waktu Batu Rumah yang Terbakar di ARTJOG 2023Yudi Ahmad Tajudin, sutradara “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” menyebutkan bahwa pertunjukan ini merupakan versi terbaru dari proyek Waktu Batu, berdasarkan tiga versi sebelumnya yang dibuat dan dipentaskan dalam rentang waktu 2001-2006 di beberapa kota di Asia dan Eropa.Yudi coba memperluas dan memperkaya tema duka ekologis. Di dalamnya ada penambahan sinematografi, gestur, karakter game dan memperkuat unsur visual serta tata pencahayaan. Ini yang membuat pertunjukkan repertoar “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” special dan memberikan kesan yang berbeda dengan pertunjukkan versi sebelumnya.Versi ke-4 pertunjukkan repertoar “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” berkolaborasi dengan seniman-seniman lintas disiplin (Majelis Lidah Berduri, Mella Jaarsma, Deden Bulqini, Tomy Herseta, Tri Rimbawan, Yennu Ariendra, Retno Ratih Damayanti, Luna Kharisma, A. Semali).Para performer lintas generasi (Andreas Ari Dwiyanto, Erythrina Baskorowati, Arsita Iswardhani, Tomomi Yokosuka, Enji Sekar Ayu, Wijil Rachmadani, Putu Alit Panca Nugraha, Syamsul Arifin, Putri Lestari).Seperti proyek Waktu Batu sebelumnya, “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” versi ke-4 masih bertumpu pada pembacaan kritis atas tiga mitologi Jawa yakni Watugunung, Murwakala, dan Sudamala yang jejak naratifnya bisa ditemui di beberapa cagar budaya seperti Candi Sukuh dan Cetho.Repertoar “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” merupakan karya pertunjukan lintas media berdasarkan mitologi dan sejarah Jawa, serta penjajarannya dengan situasi-situasi transisi yang penuh tumpukan, kekacauan kultural, dan kerusakan alam dalam masyarakat kontemporer Indonesia.Setelah hampir satu dekade tidak pentas di Yogyakarta, Teater Garasi kembali menghelat pertunjukan di ARTJOG 2023. Sepanjang 2002-2006 karya pertunjukan “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” telah melahirkan beberapa versi yang dipentaskan di beberapa kota di Indonesia dan luar negeri, di antaranya Singapura, Berlin, dan Tokyo.Pada tahun 2022 lalu, karya “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” diundang untuk diciptakan dan dipentaskan kembali di Festival Indonesia Bertutur, Borobudur, Jawa Tengah. Versi baru pertunjukan ini digarap dengan fokus tematik baru: duka ekologis (ecological grief).Yudi juga mengungkapkan bahwa dalam meluaskan dan mendekati secara kritis percakapan tentang tema duka ekologis, Teater Garasi menggarap ulang Waktu Batu. Rumah yang Terbakar tahun ini dengan pula menajamkan sisi kesilang-mediaan antara teater dengan video game, dan sinematografi, serta menguatkan unsur-unsur visual dan tata cahaya.”Ecological grief, fokus tematik pertunjukan ini, merujuk pada perasaan kesedihan yang timbul akibat kehilangan atau kepunahan yang terjadi atau akan terjadi, termasuk kepunahan spesies, ekosistem, dan lanskap berharga, sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang akut dan kronis”, imbuh Ugoran Prasad, penulis dan dramaturg “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar”Ugoran menjelaskan bahwa berbagai penelitian terkini menunjukkan bahwa individu dapat mengalami tahapan kedukaan dan mencari dukungan sosial dalam menghadapi keputusasaan iklim dan kecemasan ekologis.“Mendekati isu duka ekologis dari sudut pandang dunia ketiga, karya ini meletakkan krisis ekologi sebagai hasil yang tak terhindarkan dari modernitas dan kolonialitas. Berdiam dalam ketimpangan dunia global, karya ini hendak membuka percakapan tentang watak dan artikulasi duka ekologis Selatan dunia, termasuk pertanyaan atas praktik macam apa yang perlu dilakukan, puisi macam apa yang perlu dituliskan, duka atau bahkan murka macam apa,” ungkap Ugoran.Selain ditampilkan di ARTJOG 2023, “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” juga akan dipentaskan dalam rangkaian kegiatan Djakarta International Theater Platform (DITP) pada tanggal 17 dan 18 Agustus 2023 mendatang, di Jakarta.BM Anggana, kurator program Performa ARTJOG 2023, mengatakan Pertunjukan Teater Garasi amatlah relevan dengan gagasan dari Performa ARTJOG 2023, yang mengusung tema Movere yang memiliki arti ‘sesuatu yang bergerak’.“Pengertian tersebut menjadi penegasan hubungan saling kebertopangan antara seni dan masyarakat dalam sebuah kontinum percakapan yang berkelanjutan”, ujar Anggana.“Formulasi isu dan bentuk dari karya WB:RyT (Waktu Batu: Rumah yang Terbakar) memiliki daya sebagai sebuah bahasa baru untuk dialami. Sebagai bahasa baru untuk dialami, pertunjukan Teater Garasi menggerakan percakapan pada kualitas paradigma yang kritis, khususnya pada semesta isu ekologi yang sedang terjadi hari ini,” jelasnya.Anggana menilai, sebagaimana pentas ‘Setelah Lewat Djam Malam’ yang dinobatkan sebagai Karya Seni Pertunjukan Pilihan Tempo 2022. Pertunjukan “Waktu Batu: Rumah yang Terbakar” di Yogyakarta dan Jakarta dipentaskan dengan maksud merawat ruang pertemuan antar-generasi dari ragam lapisan penonton Teater Garasi.Hal ini sejalan dengan ARTJOG, yang kehadirannya turut mendorong pertumbuhan generasi baru dalam hidup berkebudayaan di Indonesia.