Satu Nusa Satu Ngayogjazz 2019 By Farras Hasna Taqiyya Posted on 15 November 20198 min read 0 267 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Temu Media Ngayogjazz 2019 diadakan di The Alana Hotel & Convention Center Yogyakarta pada Kamis (14/2) siang. Sepeninggal Djaduk Ferianto selaku mesin penggerak utama dari perhelatan Ngayogjazz, Ngayogjazz 2019 yang sebelumnya bertema “Satu Nusa Satu Jazz-nya” kini menjadi Ngayogjazz 2019 “Satu Nusa Satu Jazz-nya: Tribute to Djaduk Ferianto” sebagai bentuk penghormatan kepada sosok Djaduk.“Djaduk akan selalu menyemangati kita semua. Saya kira Djaduk tidak akan rela jika Ngayogjazz berhenti di sini saja”, tutur Board of Creative Ngayogjazz 2019 Bambang Paningron.Satu Nusa Satu Ngayogjazz 2019Masih dalam suasana duka, tak mengurangi komitmen Tim Ngayogjazz 2019 dengan Djaduk Ferianto dalam melaksanakan pagelaran Ngayogjazz 2019 di Pedukuhan Kwagon, Dusun Sidorejo, Godean, Sleman pada Sabtu Kliwon, 16 November mendatang.“Mulai tahun ini kami berusaha menyusun banyak hal, yang sebelumnya berada di satu tangan. Meskipun selama sekian belas tahun, kami sudah ditulari ilmu-ilmu dari Mas Djaduk, tentu saja ini adalah hal yang kami rasakan berat. Tetapi setelah pertemuan-pertemuan terakhir dengan Mas Djaduk, yang selalu penuh semangat, kami tidak rela menghentikan Ngayogjazz. Semangat itulah yang akan membuat kami terus menggelar Ngayogjazz, entah sampai kapan,” jelas Bambang saat membuka Temu Media Ngayogjazz 2019.Temu Media Ngayogjazz 2019 dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Aris Herbandang, Deputy Director Erasmus Huis Jakarta Joyce Nijssen, Kepala Dukuh Pedukuhan Kwagon Sukiman, dan budayawan sekaligus akademisi Prodi Tata Kelola Seni Pascasarjana ISI Halim HD.Ngayogjazz 2019 masih konsisten tak berbayar, namun kali ini pengunjung diwajibkan membawa buku sebagai pengganti tiket masuk. Bekerja sama dengan Komunitas Jendela Jogja, tiket masuk berupa sumbangan buku tersebut merupakan program Lumbung Buku bagi anak-anak. Selain itu, Ngayogjazz 2019 juga memiliki program Kite For Kids bekerja sama dengan Perkumpulan Pekarya Layang-Layang Indonesia (PERKALIN).Berbagai komunitas juga dirangkul dalam perhelatan Ngayogjazz 2019, antara lain pusat kebudayaan Belanda Erasmus Huis, pusat kebudayaan Perancis IFI-LIP, komunitas musik, komunitas fotografi, dan Festival Bambu Sleman.“Festival Bambu Sleman sangat klik dengan Pedukuhan Kwagon tempat acara Ngayogjazz, karena suasana desanya juga penuh bambu. Nantinya semua elemen artistik berbahan dasar bambu. Pada tanggal 10 November lalu juga sudah diadakan workshop bambu juga di Kwagon”, tutur Bambang.Dikenal suka bercanda, Djaduk Ferianto meninggalkan persembahan terakhirnya yakni Messiom Jazz. Messiom Jazz berisi nama-nama musisi jazz Indonesia terdahulu yang diwujudkan dalam bentuk instalasi seni buah ide-ide jenaka seorang Djaduk Ferianto. Messiom Jazz dapat dikunjungi di Pedukuhan Kwagon sebagai salah satu instalasi seni di Ngayogjazz 2019.Satu Nusa Satu Ngayogjazz 2019Menandai 13 tahun Ngayogjazz menyajikan musik jazz di tengah desa, Ngayogjazz juga mendapat penghargaan Most Dedicated Jazz Music Festival dari Jazz Goes To Campus FEB UI yang akan diserahkan pada 24 November 2019 mendatang di Jakarta.“Keunikan dari Ngayogjazz itu tidak berbayar, kemudian lokasinya berada di dusun-dusun, dan tentang bagaimana kita mengkomunikasikan jazz kepada masyarakat luas melalui Ngayogjazz”, ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo.Berkaitan dengan keistimewaan Ngayogjazz, Pemda DIY siap mendukung dan sepakat untuk mengucurkan dana keistimewaan demi merawat Ngayogjazz hingga tahun-tahun selanjutnya. Harapannya, pengunjung tak hanya dari DIY tapi juga dari luar kota, agar terus bisa menghidupkan perekonomian Jogja pada setiap penyelenggaraannya.“Kwagon menjadi tempat penyelenggaraan Ngayogjazz pertama di dusun kami. Manfaat yang dapat saya ambil imateriil dan materiil. Pertama, sebagai hiburan, ajang senang baik untuk warga kami sendiri maupun pengunjung. Kedua, sebagai lahan rekreasi, momong anak, momong cucu, momong istri, pacar, bahkan calon pacar. Kemudian juga, Kwagon menjadi lebih dikenal dan dikenang. Warga juga bisa berjualan dan menawarkan jasa ojek jazz, mengantar tamu dan penampil jazz ke acara”, ucap Sukiman.Menurut pengamatan Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Aris Herbandang, Ngayogjazz dari tahun ke tahun selalu menggunakan properti berbahan dasar bambu. Hal tersebut tak hanya meningkatkan perekonomian penduduk desa, tapi juga menambah artistik gelaran Ngayogjazz setiap tahunnya.“Saya kira Ngayogjazz senafas dengan semangat kami dalam memajukan bambu, khususnya Festival Bambu Sleman. Kami bekerja sama dengan 10 seniman bambu yang karyanya dipajang di 10 bone di Ngayogjazz. Mulai dari mebel, kerajinan, sampai karya seni juga ada. Harapannya, Ngayogjazz dapat memberikan ruang untuk berbagi informasi terkait potensi bambu dari hulu ke hilir sebagai produk kompetitif kepada masyarakat”, jelas Aris Herbandang.Satu Nusa Satu Ngayogjazz 2019Erasmus Huis kembali berkolaborasi dengan Ngayogjazz sebagai bentuk misi budaya Belanda-Indonesia. Menggandeng grup musik Arp Frique, Erasmus Huis ingin mengajak pengunjung Ngayogjazz 2019 lewat sajian musik lintas aliran oleh Arp Frique. Joyce Nijssen selaku Deputy Diretor Erasmus Huis Jakarta pun berharap, pengunjung Ngayogjazz dapat berpartisipasi di program Erasmus Huis tahun depan.Ngayogjazz konsisten menghadirkan sederet musisi lokal, nasional, maupun internasional. Sekitar 50 penampil siap mengajak penonton berdendang dalam helatan Tribute to Djaduk Ferianto kali ini. Beberapa diantaranya yakni Kua Etnika ft. Didi Kempot & Soimah, grup musik asal Jepang Baraka, dan Jogja Blues Forum.“Mas Djaduk adalah dia, kami adalah kami, dan dia tidak akan tergantikan”, pungkas Board of Creative Ngayogjazz Hattakawa.