Rayakan Hari Bersastra Yogya, Komunitas Sastra Usung Tema ‘Rame Panggung Sepi Dunung’ By pacarkecilku Posted on 24 October 20196 min read 0 275 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta bakal menghelat Hari Bersastra Yogya #7 pada Sabtu, 26 Oktober 2019 sejak pukul 13.00 hingga 23.00 WIB di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.Rayakan Hari Bersastra Yogya, Komunitas Sastra Usung Tema ‘Rame Panggung Sepi Dunung’Acara yang mengusung tajuk “Rame Panggung Sepi Dunung” ini bakal dimeriahkan oleh Sarasehan Komunitas Sastra DIY pada pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Menghadirkan Bernando J. Sujibto (Komunitas Kutub), Hamada Adzani (PKKH UGM), Taufiq Hakim (Komunitas Jangkah), Baiq Intan Cahaya (Klub Buku Yogyakarta) serta pembacaan karya sastra oleh Unstrat UNY dan Teater JAB.Ketua Studio Pertunjukan Sastra Mustofa W. Hasyim menyampaikan bahwa acara Hari Bersastra Yogya #7 merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Studio Pertunjukan Sastra.Tahun ini, acara Hari Bersastra Yogya #7 lebih mengedepankan serba-serbi komunitas sastra dalam sarasehan, bersama komunitas-komunitas sastra DIY dan refleksi kritis terhadap maraknya aktivitas pertunjukan sastra di Jogja.“Kita tahu bahwa tegur sapa budaya menjadi satu jembatan dialektika komunalitas antarkomunitas sebagai bagian penting bagi terselenggaranya kehidupan sastra di Yogyakarta. Tidak sedikit yang berpandangan bahwa Yogyakarta merupakan kota yang paling ajeg menggelar peristiwa sastra. Banyak aktivitas seni dan festival yang datang silih berganti tak henti-henti di daerah istimewa ini,” ujar Mustofa lebih lanjut.Pergulatan yang terjadi di arena sastra Jogja dalam satu dekade terakhir cukup kompleks. Beragam fenomena kegiatan diskusi sastra, pertunjukan sastra, lahirnya eksperimentasi estetika karya sastra, hingga gelaran Festival Sastra Yogyakarta atau Joglitfest 2019 telah menunjukkan bahwa Jogja sebagai salah satu poros kehidupan sastra di Indonesia memiliki gairah yang bergelora.Keberadaan Studio Pertunjukan Sastra di belantika sastra Jogja yang tiada henti selama 14 tahun menggelar acara Bincang-Bincang Sastra secara rutin sebulan sekali, menjadi saksi dan pelaku bagaimana perubahan dan perkembangan iklim kehidupan bersastra di Jogja berlangsung.Menyadari hal tersebut Studio Pertunjukan Satsra menggelar sarasehan bersama komunitas sastra di DIY dan bincang-bincang sastra bersama para pakar dari perwakilan komunitas sastra, sastrawan dan para pelaku seni pertunjukan.Terselenggaranya Hari Bersastra Yogya #7 menandai 19 tahun usia Studio Pertunjukan Sastra dan 14 tahun penyelenggaraan Bincang-Bincang Sastra.Acara Bincang-Bincang Sastra edisi 169 berlangsung mulai pukul 20.00 hingga 23.00 WIB menghadirkan Eko “Ompong” Santosa, Muhidin M. Dahlan, Kedung Darma Romansha, Komunitas Sakatoya, Komunitas Ngopinyastro dan Mukhlis Melayoe.Rayakan Hari Bersastra Yogya, Komunitas Sastra Usung Tema ‘Rame Panggung Sepi Dunung’Sukandar selaku koordinator acara Hari Bersastra Yogya #7 mengungkapkan, Sarasehan Komunitas Sastra DIY diharapkan dapat menjadi ajang pertemuan gagasan, berbagi pengalaman dan mengurai persoalan-persoalan komunitas sastra di Jogja.Hari Bersastra Yogya #7 tahun ini Studio Pertunjukan Sastra menghadirkan buku kecil berisi profil komunitas sastra di DIY. Tentu saja, buku ini belum menghimpun semua komunitas sastra yang ada, masih perlu dilengkapi di kemudian hari. Namun usaha awal ini semoga bermanfaat dan selain menjadi rujukan juga dapat dijadikan sebagai rujukan referensial keberadaan komunitas sastra Jogja.Belakangan banyak sekali fenomena pemanggungan sastra di selenggarakan di Jogja. Karya sastra beralih ke beragam bentuk, mulai dari yang paling sederhana hingga eksperimental. Karya sastra sering kali naik panggung musik, bahkan kini membentang di layar lebar.Pertanyaannya, apakah karya sastra sebagai inti masih bisa dinikmati dan dihikmati? Melalui topik perbincangan ini para tokoh sastra dan pertunjukan diharapkan bisa berbagi wawasan mengenai fenomena pertunjukan sastra dan menjadi satu usaha kecil untuk kembali merenungkan khitahnya, jelas Sukandar.Hari Bersastra Yogya #7 juga menghadirkan lapak buku sastra. Satu penanda yang tidak boleh terlupakan. Buku dan karya satra merupakan satu bagian penting dari keberlangsungan kehidupan kesastraan. Buku adalah monumen bagi para sastrawan untuk mendokumentasikan dan menjaga karya-karyanya.“Semoga acara ini dapat hadir sebagai sebuah pemantik bagi kita bersama agar tidak lelah dalam menjaga martabat sastra di masyarakat”, pungkas Sukandar.