Rangkul Pasar Papringan dan Pondoh, Ubud Food Festival 2020 Usung Tema Heroes

genpijogja.id – Jumpa pers Ubud Food Festival 2020 Presented by ABC digelar di SamaZana Restaurant, Royal Ambarrukmo Yogyakarta pada Jumat (06/03) sore.

Acara ini dihadiri oleh sang pendiri Ubud Food Festival (UFF) Janet DeNeefe, pendiri Pasar Papringan Singgih Susilo Kartono, dan salah satu pendiri Pondoh, Rangga Purbaya.

Mengawali acara, diskusi tematik mengenai kuliner dan tradisi “Budaya Kuliner Indonesia dan Pentingnya Tradisi” berlangsung apik dengan bahasan terkait kuliner Bali dan kuliner Yogyakarta. Selain itu, dibahas pula proses berdirinya Pasar Papringan yang jadi pilot project penguatan kuliner lokal sekaligus pemberdayaan masyarakat setempat.

“The future of food is going back to the traditions. Maintaining the tradition, creating strong community that share similar interest”, tutur Janet kepada rekan media.

Senada dengan Janet, Singgih Susilo pun mengemukakan bahwa ide dasar dari berdirinya Pasar Papringan adalah untuk menunjukkan bahwa masa depan khususnya kuliner, ada di desa.

“Di Pasar Papringan ada ratusan menu yg masih dibuat sampai sekarang. Masalahnya hanya merasa inferior dan bosan dengan variasi makanan. Tetapi Pasar Papringan mendorong untuk menyajikan makanan apa adanya, dengan cara masak yg baik dan bahan baku bebas MSG, dll. Akhirnya masyarakat desa lebih percaya diri dengan produk kuliner desa dan packaging dan identitas yg lebih kuat”, jelas Singgih.

Tak hanya Pasar Papringan yang memperkuat kuliner lokal, Pondoh, sebuah usaha arak hasil fermentasi Salak Pondoh, juga berperan dalam mengingatkan kembali adanya tradisi minum arak di Indonesia.

“Pondoh hadir untuk menawarkan minuman yang aman dan terjangkau. Untuk sustainability, akhirnya Pondoh menjadi sebuah bisnis, yang berangkat dari concern terhadap alkohol. Pondoh berusaha mendorong orang untuk melihat tradisi minum”, ujar Rangga Purbaya.

Lebih lanjut mengenai kuliner dan tradisi, menurut Singgih, jika generasi muda percaya lokalitas kuliner bisa menjadi pondasi alih-alih tren makanan dari Barat, lalu dipelajari dan dikenali, maka kearifan lokal dalam bentuk kuliner tersebut akan berkembang dengan baik. Seperti Pasar Papringan yang kini dikelola oleh anak-anak muda, berkolaborasi dengan penduduk desa setempat.

“Adanya interaksi antara orang luar desa, anak muda, dan penduduk desa bagus untuk inovasi dan regenerasi budaya dan tradisi, khususnya kuliner. Jika mereka percaya lokalitas menjadi pondasi, dipelajari dan dikenali, mereka akan berkembang dengan baik”, jelas Singgih.

Melalui Ubud Food Festival 2020 Presented by ABC, diplomasi kuliner dengan penguatan kearifan lokal tersebut harapannya dapat tersampaikan dan terkelola dengan baik.

Ubud Food Festival dirintis sejak tahun 2015 oleh Janet DeNeefe dan terus berlangsung setiap tahun hingga sekarang. Ajang gourmet terpopuler se-Asia Tenggara ini menyajikan kuliner lokal dari sejumlah daerah di Indonesia seperti Bangka, Banjarmasin, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Bali, dan Maluku.

Namun seiring dengan penyebaran Corona Virus (COVID019), helatan Ubud Food Festival 2020 diundur yang semula akan dilaksanakan pada tanggal 17-19 April 2020 diundur menjadi 26-28 Juni 2020.

Meskipun begitu, pihak penyelenggara optimis dapat memperkenalkan Ubud Food Festival kepada media di Yogyakarta dan sekitarnya.

“Kami berterima kasih atas tanggapan yang baik dari seluruh pendukung acara atas perubahan ini. Kami akan terus mengikuti berita seputar topik ini dan memastikan bahwa kami dapat menghadirkan festival yang aman dan menyenangkan”, ujar Janet DeNeefe.

Mengusung tema Heroes, Ubud Food Festival 2020 Presented by ABC akan menghadirkan 90 pegiat kuliner dan sosok di balik kelezatan kuliner terkait. Festival ini akan diadakan di Festival Hub Taman Kuliner Jalan Raya Sanggingan, Ubud, Bali.

Tersedia program berbayar dan tidak berbayar, antara lain demo masak, diskusi kuliner, master class, jalan-jalan kuliner, pemutaran film, dan pertunjukkan musik. Kunjungi ubudfoodfestival.com untuk informasi selengkapnya.