Pukis Ko Yung Kotabaru, Makan Pukis Nuansa Eropa di Jogja By Pras Chandrawardhana Posted on 23 April 20216 min read 0 1,258 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Menikmati sore di Jogja memang tidak akan pernah membosankan. Berkendara sepeda motor matic, dua orang sahabat karib memutari Jogja sambil menunggu waktu berbuka puasa.Hal yang cukup rumit selain masalah akademik kampus dan kisah cinta sepasang anak muda adalah pertanyaan “mau makan apa”?Pertanyaan ini membuat kami harus berkelana membelah kota Jogja dari daerah Patangpuluhan di bagian barat hingga ke Kotabaru. Kawasan elit noni-noni Belanda.Kawasan elit Kotabaru memang memberikan nuansa yang cukup berbeda dengan daerah lain di Jogja. Sambil memutar lagu klasik, sore kami berasa seperti memutari sudut-sudut kota di Eropa.Thomas Karsten, arsitek dan perencana wilayah pemukiman di zaman Hindia Belanda, memberi konsep garden city untuk Kotabaru hingga membuat kawasan hunian ini nyaman, sejak masa kolonial hingga sekarang.Jawaban dari pertanyaan runyam abad ini: “mau makan apa?”, segera kami pecahkan.Setelah memandangi deretan warung tenda di depan Gereja Kotabaru. Kami pun buru-buru merapat.Yap, mumpung sepi.Sore itu, warung tenda legendaris Pukis Ko Yung Kotabaru tidak pernah sepi. Kedatangan kami disambut ramah oleh para chef kondang ala rue alias karyawan Ko Yung.Adonan pukis dituang ke dalam cetakan hingga meluber. Potongan keju yang cukup besar dimasukkan ke dalamnya. Tak ketinggalan, cetakan di sebelahnya pun dituang adonan yang melimpah.Riuh. Semerbak memenuhi jalanan di depan Gereja Kotabaru. Aroma adonan pukis yang bersentuhan dengan panasnya besi loyang memberikan sensasi tersendiri. Khas. Aroma yang kami sebut dengan “wangi Kotabaru”.Sembari menunggu karyawannya membuat pukis, Ko Yung mengajak kami bernostalgia. Pria paruh baya ini bercerita lika-liku bisnisnya yang sudah buka sejak tahun 80-an.“Saya berjualan sejak tahun 80-an. Dari jam 4 (empat) sore sampai jam 9 (sembilan) malam, terkadang sebelum jam 9 (sembilan) sudah habis,” kisah Ko Yung.Jalan I Nyoman Oka menjadi saksi bisu geliat bisnis Pukis Ko Yung Kotabaru yang masih bertahan diterpa berbagai badai. Dan menjadi salah satu ikon kuliner di kawasan Kotabaru, Jogja.Bulan puasa memang mengajarkan kita menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, mengantri potongan Pukis Ko Yung Kotabaru di bulan puasa, mengajarkan satu hal lagi kepada kami, yaitu sabar di tengah lapar & haus.Antrian Pukis Ko Yung yang begitu panjang di dominasi oleh pasukan seragam hijau: gofood dan grabfood. Buah kesabaran itu tak ada duanya. Pukis Ko Yung Kotabaru yang memiliki ukuran lebih besar daripada pukis buatan penjual lain. Rasa adonan yang lebih legit, membuat semua orang merasa tidak sia-sia mengantri lama.Tekstur pukisnya lembut, lumer di mulut. Empuk nan halus ditambah sensasi sedikit garing pada bagian bawahnya. Aroma margarin yang khas sangat pas dinikmati selagi hangat.Ko Yung yang baik hati menawarkan air mineral untuk kami yang memang belum ada persiapan buka puasa sama sekali. Ini yang namanya rejeki anak soleh.Selain pukis rasa coklat dan keju, Pukis Ko Yung Kotabaru juga menawarkan varian pisang, selai nanas dan kombinasi coklat+keju. Kue Pukis besar ini bisa dinikmati dengan harga Rp8.000 per buahnya.Ada pula kue Bandung dengan beragam pilihan rasa, seperti coklat, coklat kacang, coklat keju hingga keju pisang coklat yang dibanderol mulai dari Rp60.000 saja.Perlu dicatat untuk kalian yang ingin berburu kue Pukis Ko Yung Kotabaru ini kuncinya harus sabar mengantri! Ya itung-itung pahala. Sabar adalah sebagian dari iman. Betul, Saudara?Tenang, kamu masih bisa belajar sabar menunggu dengan meminta tolong kepada Bapak/ Ibu ojek online yang setia menjadi partner lapar kalian di rumah. Ya, saling membantu satu sama lain.Sudah pernah cobain kue Pukis Ko Yung Kotabaru?