Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha

12 min read
0
574

genpijogja.com – Sukses menggelar Pameran Sekaten 2019, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga menghelat Talkshow & Launching Ringgit Kagungan Dalem. Acara ini berlangsung di Bangsal Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada Kamis (7/11) malam.

Launching digitalisasi Kagungan Dalem Ringgit Wacucal Habirandha Sepuh dan diskusi Wayang Gagrak Ngayogyakarta menjadi inti dari acara talkshow dan launching yang digelar oleh KHP Kridhomardowo ini.

Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh
Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh

Digitalisasi Kagungan Dalem Ringgit sudah kali kedua digelar dalam rangka menambah dokumentasi kekayaan budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bertepatan dengan Hari Wayang Dunia yang diperingati setiap 7 November, kali ini Launching Digitalisasi Kagungan Dalem Ringgit Wacucal Habirandha Sepuh harapannya bisa meningkatkan minat masyarakat terhadap wayang.

Sejak awal tahun 2019, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bertekad untuk lebih membuka diri dan memberi akses sumber pengetahuan Keraton kepada masyarakat luas.

“Beberapa tahun lalu, kalau kita mau mengakses Kagungan Dalem Ringgit itu sulit sekali karena prosedurnya cukup lama, harus pergi ke Keraton dan mengajukan surat, menunggu jawaban, baru nanti diarahkan untuk melihat Kagungan Ringgit. Sementara kami dari Keraton yakin bahwa Kagungan Dalem Ringgit itu masih bisa menginspirasi para pelaku seni yang ada di luar. Oleh karena itu kami berfikiran untuk mendigitalisasi koleksi wayang Keraton dan menampilkannya untuk publik supaya bisa diakses dengan mudah melalui media digital”, jelas Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhomardowo KHP Notonegoro.

Pada saat proses digitalisasi kotak pertama yakni Kagungan Dalem Ringgit Ampilan memakan waktu sekitar empat bulan. Seiring waktu, proses digitalisasi kotak kedua yakni Kagungan Dalem Ringgit Habirandha Sepuh berlangsung lebih cepat, hanya dua bulan.

Dari segi jumlah, Ringgit Habirandha Sepuh sedikit berbeda dengan Ringgit Ampilan. Ringgit Ampilan terdiri lebih dari 500 ringgit, sedangkan Ringgit Habirandha Sepuh jumlahnya lebih sedikit.

“Digitalisasi wayang ini bukan satu-satunya proses digitalisasi yang ada di Keraton. Di awal tahun kami juga sudah launching beberapa manuskrip. Harapannya agar semua orang dapat melihat manuskrip tanpa perlu datang ke Keraton, cukup datang ke Keraton virtual, tepatnya di website Kraton Jogja”, lanjut KHP Notonegoro.

Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh
Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh

Manuskrip menjadi salah satu objek digitalisasi penting di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebab terlalu beresiko jika manuskrip dibaca secara langsung dan dibolak-balik dengan tangan kosong. Padahal, manuskrip bisa dibilang sepuh. Digitalisasi manuskrip tak hanya menambah usia manuskrip, tetapi juga menjangkau lebih luas masyarakat yang berminat melihat koleksi manuskrip Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Selain wayang dan manuskrip, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga berencana akan mendata Ringgit Tiyang atau Wayang Wong dalam bentuk foto, juga gending-gending dalam bentuk audio. Untuk Ringgit Tiyang, setiap tokoh difoto satu-persatu kala pementasan, hingga lengkap dan siap diakses sebagai koleksi yang utuh. Sedangkan gending-gending, sedang dalam tahap remastering.

“Kraton juga punya gending-gending yang nantinya akan jadi koleksi digital juga. Sementara ini, gending-gending gaya Ngayogyakarta dan Keratonan yang tersebar di masyarakat umum terbatas. Padahal, Keraton punya koleksi audio gending-gending sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Gending-gending itu nantinya akan remastering dan semoga bisa launching”, imbuh KHP Notonegoro.

Digitalisasi wayang milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dapat diakses melalui kratonjogja.id kemudian klik ikon kapustakan. Setelah masuk kapustakan, akan ada tiga kategori besar koleksi dari Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya, Widyabudaya dan Kridhamardawa. Di dalam kategori Kridhamardawa terdapat kotak ringgit yang menyimpan 2 (dua) koleksi, yakni Ringgit Ampilan dan Ringgit Habirandha Sepuh.

Tersedia informasi terkait ringgit meliputi gambar dan keterangan lengkap. Gambar dapat diperbesar dengan resolusi sesuai aslinya. Sedangkan untuk kelengkapan keterangan mengenai ringgit, diperlukan waktu cukup lama karena setiap ringgit atau wayang harus ditelaah satu-persatu secara detail demi kebenaran informasi.

Memasuki sesi Talkshow dan Launching Digitalisasi Kagungan Dalem menghadirkan 4 (empat) narasumber, antara lain Kepala Studio Foto KHP Kridhamardhawa RM Wijoyo Padmo, Kepala Sekolah Pamulangan Dalang Habirandha KRMT Probo Prayitno, salah satu pengrajin wayang di Tamansari Ki Sugeng Wayang dan Dosen Filsafat UGM Dr. Sindung Tjahyadi.

“Ada dua kegiatan pokok yang harus kami kerjakan untuk menunjang data yang nantinya akan bisa diakses masyarakat. Pertama, pengambilan data berupa gambar atau foto, kemudian yang kedua pengambilan data secara deskriptif”, papar RM Wijoyo Padmo.

Terdapat standarisasi dalam pengambilan gambar Ringgit Habirandha Sepuh, yakni tentang bagaimana mengambil objek dari Kagungan Dalem secara natural. Lalu tentang bagaimana menunjukkan keindahannya, baik dari segi tatahan maupun sunggingannya, karena dari beberapa kotak wayang memiliki keunikan tersendiri. Seperti sebagian besar Ringgit Habirandha Sepuh, yang bentuk wayangnya disertai sampir. Maka Ringgit Habirandha sering juga disebut Ringgit Sampir.

Ringgit Habirandha Sepuh sendiri dinamakan Habirandha karena kaitannya dengan awal mula Habirandha sebagai wayang yang digunakan khusus untuk pelatihan wayang Kridhomardowo.

“Pamulang Dalang Habirandha sangat erat kaitannya dengan Kagungan Dalem Ringgit Wacucal Habirandha, karena sudah menggunakan wayang ini selama hampir 75 tahun”, terang KRMT Probo Prayitno.

Awal terbentuknya Pamulang Dalang Habirandha, Ngarso Dalem Ingkang Sinuhun HB VIII mengusulkan pawiyatan dalang yang diberi nama Habirandha. Habirandha sendiri adalah singkatan dari hanindakake biwara rancangan dhalang. Maksudnya, belum menjadi dalang, hanya sekadar rancangan. Hingga kini, Sekolah Pedalangan Habirandha yang didirikan sejak tahun 1925 masih terus beroperasi.

Di sisi lain, pengrajin wayang di Tamansari mengaku diuntungkan dengan adanya peluncuran Kagungan Dalem Ringgit Wacucal Habirandha Sepuh oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Minim sekali pengetahuan kami tentang wayang Jogja. Apalagi kalau untuk wayang Keraton sendiri, kami memang awam. Dengan diunggahnya wayang di website Keraton, kami sebagai pengrajin merasa sangat diuntungkan. Kami kalau membuat wayang, yang penting hanya bagaimana bisa halus hasilnya”, ungkap Ki Sugeng Wayang.

Dengan peluncuran Kagungan Dalem Ringgit Wacucal Habirandha Sepuh, para pengrajin kini bisa mengakses tokoh-tokoh wayang berikut detail ukuran dan motif wayang secara keseluruhan. Kabar baiknya, para pengrajin yang sebelumnya kebingungan jika mendapat pesanan tokoh wayang tertentu, kini bisa menduplikasi wayang tersebut sesuai permintaan pelanggan.

“Jadi jika kami mendapat pesanan khusus tokoh tertentu, berkat informasi dari website Kraton Jogja, pelanggan yang biasanya kolektor jadi puas dengan hasilnya, meskipun tidak identik. Sebelum ada informasi dari Keraton, kami sebagai pengrajin sering berdebat tentang tokoh-tokoh wayang, karena kami memang tidak tahu”, aku Sugeng.

Di luar lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, wayang memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan pegiat dan penggemarnya. Salah satunya Dr. Sindung Tjahyadi yang sudah lama menekuni wayang.

“Terkait dengan pengalaman pribadi mengenai digitalisasi, selain sebagai pecinta wayang, saya bertemu dengan komunitas wayang yang secara gerilya mendokumentasikan wayang. Kami kemudian mulai bisa mendeteksi wayang tersebut murco, lewat dokumentasi”, terang Sindung.

Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh
Peringati Hari Wayang Sedunia, Kraton Jogja Launching Digitalisasi Ringgit Habirandha Sepuh

Para pengunjung Pameran Sekaten 2019 ikut larut dalam diskusi mengenai seluk beluk Ringgit Wacucal Habirandha Sepuh yang berlangsung di Bangsal Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Salah satunya Wid, wanita paruh baya yang berdomisili di Bantul ini mengungkapkan bahwa sebagai generasi tua, sangat menyayangkan kurangnya minat masyarakat terutama anak muda dalam mempelajari wayang.

Bagi Wid, ketika orang asing mampu mendalami wayang daripada penduduk lokal sendiri, merupakan sebuah tamparan alih-alih tantangan. “Wong Indonesia kudune luwih semangat nguri-uri kabudayan-e sendiri”, ujar Wid.

Lain halnya dengan Sutejo atau Ki Mas Wedhono Cermosutejo, penggiat wayang asal Bantul ini selama diskusi berlangsung sangat antusias mempertanyakan perbedaan antara wayang gagrak Ngayogyakarta dengan wayang gagrak Surakarta.

“Yang jelas kami masih membutuhkan masukan, bagaimana caranya proses digitalisasi yang ada di Keraton ini benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas”, pungkas KPH Notonegoro menutup diskusi Talkshow & Launching Ringgit Kagungan Dalem.

Load More Related Articles
Load More By Farras Hasna Taqiyya
Load More In Event