Peringati 32 Tahun HB X Bertakhta, Kraton Jogja Gelar Simposium dan Pameran ABALAKUSWA Selama Satu Bulan

5 min read
0
293

GenpiJogja.com – Jumpa Pers dan Media Gathering Simposium dan Pameran “Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta” digelar di Pendopo Royal Ambarukmo pada Sabtu pagi (15/02). Genap 32 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X bertahta, Tingalan Jumenengan Dalem kembali dihelat.

GKR Hayu dan GKR Bendara dalam jumpa pers dan media gathering Tingalan Jumenengan Dalem.
GKR Hayu dan GKR Bendara dalam jumpa pers dan media gathering Tingalan Jumenengan Dalem.

KGPH Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono X dinobatkan sebagai Raja ke-10 Keraton Kasultanan Yogyakarta sejak Selasa Wage, 7 Maret 1989 atau 29 Rejeb pada penanggalan Jawa. Pada Tingalan Jumenengan Dalem kali ini disebut Tumbuk Ageng karena bertepatan dengan siklus windu ke-4 pada hari Selasa Wage Tahun Wawu.

Tak hanya kegiatan adat Ngebluk, Ngapem, Sugengan dan Labuhan yang rutin dilaksanakan setiap tahun, Tingalan Jumenengan Dalem juga mengadakan simposium internasional, Pameran Budaya dan Pertunjukan Seni Adiluhung dari Keraton Yogyakarta.

Kegiatan adat Hajad Dalem seperti Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan tetap dipertahankan sejak berabad lalu. Berlangsung selama 4 hari, kegiatan adat ini tertutup untuk umum pada tanggal 22 Maret saat Hajad Dalem Ngebluk dan pada tanggal 23 Maret saat Hajad Dalem Ngapem. Lain halnya dengan Hajad Dalem Labuhan pada tanggal 25-26 Maret yang terbuka untuk umum.

Setelah mendapat sambutan baik dari publik, pada tahun ini Simposium Internasional kembali diadakan. Bertema “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta”, Simposium Internasional mendatangkan sejumlah pembicara mancanegara, serta peminat dan peneliti budaya Jawa se-Indonesia. Simposium Internasional akan dibuka langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. dan dimeriahkan dengan Beksan Lawung Ringgit, persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.

Simposium Internasional “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta” berlangsung selama 2 hari dan terbagi menjadi dua sesi pada Senin, 9 Maret 2020 yakni sesi sejarah dan sesi filologi. Sedangkan pada hari kedua, Selasa, 10 Maret 2020 melanjutkan sesi ketiga mengenai pertunjukkan dan sesi keempat yang membahas sosial budaya. Informasi lengkap terkait Simposium Internasional, sila kunjungi symposium.kratonjogja.id.

Berkaitan dengan Simposium Internasional, Pameran Budaya Jawa Mangayubagya Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusung tema ABALAKUSWA. Pameran Hadibusana Keraton Yogyakarta ini didasari perkembangan busana di Keraton sejak awal berdiri hingga sekarang. Busana tersebut pada masanya, menunjukkan strata sosial dan profesi seseorang. Khususnya busana bangsawan yang bersifat personal, membentuk identitas pemakainya.

“Kita akan menunjukkan kekaguman Ngarso Dalem mengenai fashion di Jumenengan Dalem. Lalu juga seperti pakaian tari dan pakaian sesuai pekerjaan di Kraton. Pada zaman dulu, di Kraton ini sebuah negera. Jadi, dulu Kraton punya seragam sendiri seperti hakim dan sebagainya, berbeda dengan masa kini”, jelas GKR Hayu.

Pameran Abalakuswa pun dibuka dengan gelaran Wayang Wong Golek Menak Lakon Jayengrana Jumeneng Nata persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta pada 7 Maret 2020. Bertempat di Bangsal Pagelaran dan Sitihinggil Keraton, pertunjukkan ini terbuka untuk umum, dengan tarif masuk Rp 5.000 per orang.

Selain Wayang Wong, Pameran Abalakuswa turut menampilkan Beksan Trunojoyo secara lengkap selama 1,5 jam penuh. Hal tersebut merupakan kali pertama dalam sejarah Kraton yang biasanya hanya menampilkan Beksan Trunojoyo sebagian saja.

“Kami membutuhkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian, terutama milenial, karena kami jujur saja tidak update dengan perkembangan tren saat ini, supaya kami bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi”, tutur GKR Bendara.

Pameran Abalakuswo akan berlangsung selama sebulan pada bulan Maret mendatang. Tak hanya pameran, Kraton juga membuka diskusi ilmiah tematik dan loka karya membatik yang terbuka untuk publik.

Load More Related Articles
Load More By Farras Hasna Taqiyya
Load More In News