Pameran Narawandira, Ingatkan Manusia untuk Menjaga Alam Raya By Kazebara Posted on 2 weeks ago5 min read 0 8 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Setiap tanggal 7 Maret, diperingati Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Tahun ini Beliau genap bertakhta selama 34 tahun berdasarkan hitungan tahun Masehi. Sedangkan berdasarkan hitungan tahun Jawa, sudah genap bertakhta selama 35 tahun pada Senin, 20 Februari 2023, atau 29 Rajab Tahun Ehe 1956. Setiap tahun, dalam rangka mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem, Keraton Yogyakarta selalu mengadakan pameran. Tahun ini temanya adalah “NARAWANDIRA: Keraton, Alam, dan Kontinuitas”.Pameran Narawandira dibuka oleh Sri Sultan pada Sabtu, 4 Maret 2023, di Bangsal Srimanganti Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelaran Pertunjukan Wayang Wong: Jumenengan Prabu Kresna. Agenda ini dibuka untuk umum secara terbatas dan masih bisa disaksikan melalui Youtube Kraton Jogja. Sedangkan pamerannya sendiri dibuka hingga tanggal 27 Agustus 2023 mendatang. Bertempat di Komplek Kedhaton Kagungan Dalem Museum Keraton Yogyakarta.Tema pameran Narawandira sangat cocok untuk mengingatkan kita untuk hidup selaras dengan alam. Selain itu juga menjaganya agar tetap lestari hingga anak cicit. “Diskursus mengenai pelestarian alam secara terus-menerus di lontarkan sebagai isu di tengah kemajuan zaman. Berbagai upaya dari sektor formal maupun nonformal terus dilakukan, untuk memberi solusi dari bumi yang semakin rentan. Hal ini menjadi perhatian pula bagi Keraton dalam membaca perubahan zaman. Dalam rangka mangayubagyo tingalan Jumenengan Ndalem Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-34, Keraton Yogyakarta membawa diskursus mengenai alam dan kontinuitas ke dalam pameran,” ungkap GKR Bendara.Semakin banyak penduduk dunia dengan gaya hidup modern, semakin sedikit yang batinnya terhubung dengan alam. Semakin sedikit yang memiliki empati kepada kelestarian alam. Tidak terfikir bahwa pohon juga makhluk hidup yang perlu dihormati, bahkan hewan-hewan kecil juga ciptaan Tuhan yang memiliki hak hidup. Narawandira selaras dengan falsafah Hamemayu Hayuning Bawono. Manusia hidup untuk memperindah kehidupan, bukan hidup sesukanya dan merusak lingkungan.“Budaya Jawa kerap merefleksikan hubungan manusia dengan alam sebagai sebuah kausalitas. Alam. Menjadi jawaban dari kebutuhan manusia yang wruh dan manuh marang pertiwi. Di sisi lain alam sebagai bagian dari makrokosmos memberi kejutan-kejutan bagi mereka mereka yang acuh tidak pernah asuh bagi terhadap buminya,” kata Sri Sultan.Sri Sultan menambahkan jika ditelaah lebih mendalam alam dan manusia memiliki hubungan integral yang saling mengikat dan tarik-menarik. Pada titik ini falsafah Hamemayu Hayuning Bawono Pangeran Mangkubumi begitu selaras untuk diejawantahkan. Menjaga dan merawat keserasian dunia menjadi tugas yang semestinya diemban oleh manusia seutuhnya.seperti halnya judul pameran Narawandira, manusia yang menjadi agen kontinuitas alam. Dalam satu siklus sangkan paran, alam memegang peran penting. Hamemayu Hayuning Bawono tidak hanya bertumpu pada menjaga alam secara murni, melainkan mengolah sumber daya dari pertiwi sebagai bagian dari kehidupan secara utuh Secara bijaksana bukan eksploitasi.Pelestarian alam dalam lingkungan Keraton, salah satunya adalah tetap lestari berbagai macam vegetasi. Tidak hanya sekadar ditanam, vegetasi di lingkungan Keraton Yogyakarta memiliki makna filosofi yang mendalam mengenai kehidupan. Berbagai macam vegetasi serta pemanfaatannya oleh Keraton Yogyakarta bisa kamu jumpai di pameran Narawandira.