Pameran Narawandira 2023 Resmi Dibuka

6 min read
0
17

Pameran Narawandira resmi dibuka pada Sabtu malam (04/03) di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tingalan Jumenengan Dalem ke-34

pameran narawandira
Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Pameran Narawandira. (Foto oleh Humas DIY)

Pameran ini termasuk dalam rangkaian Tingalan Jumenengan Dalem ke-34. Pameran bertajuk “Narawandira: Keraton, Alam, dan Kontinuitas” membahas tentang kontinuitas budaya Jawa dalam menjaga alam Yogyakarta. 

“Falsafah Memayu Hayuning Bawono dari Pangeran Mangkubumi begitu selaras untuk diejawantahkan. Menjaga dan merawat keserasian dunia menjadi tugas yang semestinya diemban oleh manusia seutuhnya seperti halnya judul Pameran Narawandira,” tutur Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Baca Juga: Pameran Sumakala Ungkap Masa Kelam Keraton Yogyakarta

Alih Fungsi Hutan Beringin

Pameran Narawandira mengisahkan tentang Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I yang mengubah kawasan hutan beringin menjadi lahan pertanian pada tahun 1756. Pembukaan lahan ini bertujuan untuk membangun peradaban baru di Yogyakarta.

Alih fungsi hutan beringin menjadi ruang agraris dan ladang-ladang perkebunan pun dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sektor pemerintahan.

Pembangunan Tamansari

Memasuki era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792 – 18120, pembangunan taman-taman pesanggrahan secara berkala dilakukan.

Salah satunya adalah Tamansari yang ditanami vegetasi khusus seperti kenanga, lada, pinang, kemukus, sirih, manggis, duku, rambutan, hingga durian.

Taman ini juga disebut sebagai kebun dapur dan taman bunga pada masanya.

Falsafah Sangkan Paraning Dumadi

Pangeran Mangkubumi memilih vegetasi khusus untuk mendukung falsafah Sangkan Paraning Dumadi.

Dilansir dari buku “Sangkan Paraning Dumadi: Orang Jawa dan Rahasia Kematian” oleh Bendung Layangkuning, Sangkan Paraning Dumadi berarti segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.

Pohon asam, tanjung, gayam, dan beringin menjadi vegetasi yang mengisi ruang filosofi tersebut.

Misalnya saja pohon gayam. Gayam atau nggayuh dalam bahasa Jawa berarti meraih sesuatu. Kayu pohon gayam melambangkan jiwa pendeta. Maksud dari pohon gayam yang ditanam di sisi barat dan timur Sitihinggil adalah agar manusia memiliki keinginan untuk mencari jalan keutamaan hidup.

Pemanfaatan Vegetasi di Keraton

Keraton Yogyakarta juga secara berkelanjutan memproduksi dan memanfaatkan vegetasi dalam upacara-upacara seperti Gunungan Grebeg maupun ritus harian.

Rempah dan rimpang juga digunakan dalam menu-menu makanan bagi Sultan hingga hari ini.

Keraton tidak sekedar memanfaatkan vegetasi bernilai historis maupun filosofis.

Keraton terus-menerus membudidayakan sawo kecik di halaman Keraton, beringin di sekeliling Keraton, dan vegetasi lainnya seperti kepel, belimbing wuluh, maupun.

Wayang Wong Jumenengan Prabu Kresna

pameran narawandira
Wayang Wong Jumenengan Prabu Kresna. (Foto oleh Humas DIY)

Bersamaan dengan pembukaan Pameran Narawandira, KHP Nitya Budaya mempersembahkan gelaran Wayang Wong Jumenengan Prabu Kresna yang dihadiri secara offline dan disiarkan di kanal YouTube Kraton Jogja.

Wayang Wong kali ini menceritakan tentang peperangan antara Kerajaan Dwarawati dan para Pandawa. Kerajaan Dwarawati kemudian diambil alih oleh Raden Narayana yang kemudian menjadi raja bergelar Sri Bathara Kresna.

Pentas Wayang Wong Jumenengan Prabu Kresna berdurasi dua jam ini disambut antusias oleh penonton.

Pameran Narawandira

Pameran Narawandira menitikberatkan pada peran manusia dalam menjaga kelestarian alam.

Istilah Narawandira diambil dari dua kata, yakni Nara yang berarti manusia; pemimpin, sedangkan Wandira berarti pohon beringin; pohon hayat; pohon yang menghubungkan ketiga dunia.

Secara harfiah, Narawandira berarti pemimpin dan pohon yang mampu memberikan kehidupan bagi masyarakat.

Pameran Narawandira bertajuk “Keraton, Alam, dan Kontinuitas” dapat dikunjungi mulai 5 Maret – 27 Agustus 2023 setiap hari Selasa – Minggu mulai pukul 08.00 – 14.00 WIB di Kompleks Kedhaton Kagungan Dalem Museum Keraton Yogyakarta.

Setiap pengunjung dikenakan biaya Rp15.000,00 (sudah termasuk tiket masuk Keraton dan museum).

Tiket dapat dibeli secara offline (pembelian langsung/on the spot) pada ticket box Museum Kedhaton Keraton Yogyakarta di area Kamandhungan Lor.

Untuk pembelian tiket secara grup (min. 20 tiket), akan mendapatkan diskon 10%.

Pantau informasi seputar Keraton Yogyakarta melalui media sosial berikut ini:
FB page, YouTube: Kraton Jogja
Twitter, Instagram: @kratonjogja @kratonjogja.event
Website: kratonjogja.id

“Pameran Narawandira: Keraton, Alam dan Kontinuitas menjadi langkah persuasif untuk mengajak seluruh masyarakat dalam melestarikan lingkungannya. Selamat menikmati pameran dan selamat mengambil peran dari pelestarian alam dengan lebih nyata,” pungkas GKR Bendara.

Load More Related Articles
Load More By Farras Hasna Taqiyya
Load More In Event