Pameran Abalakuswa 2020, Rekam Jejak Peradaban Busana Kraton Jogja By Dzatarisa Almas Posted on 10 March 20206 min read 0 360 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Dalam rangka memperingati hari ulang tahun penobatan (Tingalan Jumenengan Dalem) Sri Sultan Hamengku Buwono X atau KGPH Mangkubumi, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar pameran Abalakuswa untuk umum selama 1 (satu) bulan, sejak 8 Maret hingga 4 April 2020 di Bangsal Pagelaran Kraton Jogja.Peringatan Tingalan Jumenengan Dalem tahun 2020 ini penting karena bertepatan dengan siklus windu ke-4 peringatan ulang tahun penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X.Dimulai dari pementasan Beksan Golek Menak untuk pertama kalinya pada publik di resepsi Pembukaan Pameran Mangayubagya Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, penyelenggaraan simposium internasional, Pameran Budaya Jawa selama 1 (satu) bulan, sampai pementasan Wayang Wong Purwo di penutupan pameran pada 4 April 2020 nanti.Sesuai tema besar dari Tingalan Jumenengan Dalem yaitu “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta”, Pameran Budaya Jawa yang bertajuk “Abala Kuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta” ini menyuguhkan rekaman jejak peradaban Keraton Yogyakarta yang diwujudkan melalui guratan busana pada masanya. Di sini, busana menjadi simbol legitimasi, gender, pembentuk strata sosial, profesi, hingga seni pertunjukan yang akan mempresentasikan setiap pemerintahan sultan.Pameran yang menggaet seorang arsiparis dan kurator naskah kuno di Museum Sonobudoyo, Fajar Wijanarko, ini terbagi menjadi 2 (dua) ruangan. Ruangan pertama menyuguhkan perjalanan peradaban busana yang ditinjau dari profesi-profesi di kerajaan.Busana abdi dalem dan kesatuan militer yang varian berdasarkan ketugasannya masing-masing menjadi obyek tata pamer di ruangan ini. Pada ruangan ini pula dipamerkan khazanah pengageman dari masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII hingga Sri Sultan Hamengku Buwono X yang dirangkai sedemikian rupa di lorong pengantar, sehingga pengunjung dapat menikmatinya dalam visual 2 dimensi.Tidak hanya tata busana profesi saja, namun juga terdapat berbagai motif Batik dari Keraton Yogyakarta yang dapat dinikmati para pengunjung. Pada bagian ini, batik sebagai busana yang sangat personal mampu membawa filosofi secara turun-temurun sebagai untaian doa, sekaligus legitimasi dari sebuah imperium kekuasaan.Di ruangan kedua, pengunjung akan dibawa dalam cerita perjalanan perubahan busana yang mempresentasikan simbol gender dan seni pertunjukan secara spesifik. Busana sabukwala, kencongan, puthutan, tarapan atau busana agustusan menjadi refleksi terhadap kelestarian budaya dan aturan berbusana. Dari obyek tata pamer inilah, pengunjung dapat merangkai kembali memori busana yang sempat ada dan saat ini telah ditinggalkan.Selain itu, ruang Busana dan seni pertunjukan juga menampilkan busana Bedhaya dan tokoh putri prajurit dari kisah Mahabarata, serta Serat Menak yang menempatkan perempuan sebagai tokoh sentral dalam perjalanan perubahan busana seni pertunjukan di Keraton Yogyakarta.“Penjelasan masing-masing obyek yang dipamerkan menarik, disajikan dengan singkat namun jelas. Penataan batiknya juga aestetik. Paling menarik perhatian itu yang paling terakhir, busana kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas”, ujar seorang pengunjung asal Yogyakarta, Dzifa, saat ditemui usai dirinya berkeliling di pameran.Sebagai seorang generasi Z, mahasiswi ISI Yogyakarta ini sangat mengapresiasi Pameran Abala Kuswa. Ia berkata bahwa di saat tren fashion telah berubah menjadi lebih modern, pameran tersebut seperti dapat membawa kembali masyarakat pada masa Keraton Yogyakarta dahulu. Melalui pameran ini pula masyarakat dapat tahu bahwa Keraton Yogyakata memiliki perkembangan busananya sendiri yang mampu menciptakan ciri khas.“Maka melalui pameran busana kali ini, para pengunjung diharapkan dapat melihat kembali sejarah panjang dari peradaban Keraton Yogyakarta yang awalnya berdiri di atas wilayah bernama Pacetokan. Di samping itu, harapannya masyarakat dapat menyelami identitas budaya khas Yogyakarta melalui rupa-rupa busana”, tulis Gusti Kanjeng Ratu Hayu, Ketua Acara Tingalan Jumenengan Dalem, dalam sambutannya.Pameran Abala Kuswa: Hadibusana Keraton Yogyakarta akan berlangsung sejak Minggu, 8 Maret hingga hari Minggu, 4 April 2020. Jam kunjung ke pameran akan dibuka setiap hari Senin-Minggu dengan waktu kunjungan Senin-Kamis: 09.00-16.00 serta Jumat, Sabtu, Minggu pada pukul 09.00-21.00 WIB. Adapun tiket masuk ke venue pameran adalah sebesar Rp 5,000.