Nick Molodysky Belajar Masak di Pasar Kakilangit By Tikha Novita Sari Posted on 27 August 20188 min read 0 678 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Indonesia itu indah! Saya yakin semua orang sepakat akan hal itu. Tak ada bosannya menceritakan kekayaan alam, budaya, serta berbagai macam kulinernya. Seperti halnya Nick dan Karina pasangan warga Sydney, Australia ini begitu menyukai berbagai hal tentang Indonesia terutama kulinernya.Nick yang punya nama lengkap Nick Molodysky sangat populer di media sosial. Akun Instagramnya @masak2dengannick bahkan mempunyai follower hingga 76,2K berkat kegemarannya memasak makanan Indonesia. Selain itu, Nick sangat pintar berbahasa Indonesia.Nick Belajar Memasak Thiwul Di Pasar Kakilangit. Foto milik Kevin Andy.Mendekati akhir Agustus ini, Nick dan istrinya Karina berlibur di Indonesia. Salah satu yang dirindukan Nick adalah Kota Yogyakarta.Akhir pekan yang lalu, sabtu (25/8) saya berkesempatan bertemu dengan pasangan Nick dan Karina yang juga membawa serta putri kecilnya, Zoe yang tahun ini genap berusia 2 tahun. Saya menemani mereka berkunjung di sebuah obyek wisata baru yang ada di kawasan Mangunan, Dlingo, Bantul.Meskipun ini kali kedua Nick berlibur di kota budaya, namun ini adalah kunjungan pertamanya di Pasar Semi Kakilangit. Pasar Kakilangit termasuk obyek wisata baru yang di resmikan oleh Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya pada akhir Juli tahun ini.Apa yang baru dari Mangunan?Nick dan Keluarga di Pasar Kakilangit. Foto milik Kevin Andy. Beberapa obyek wisata di kawasan Mangunan memang sangat cocok dikunjungi bagi mereka yang rindu akan tempat asri dan jauh dari keramaian. Tempat wisata bernuansa pedesaan yang masih terjaga alam dan adat istiadatnya menjadi pilihan yang tak ketinggalan untuk menjadi list atau daftar obyek wisata yang wajib untuk dikunjungi.Ini yang spesial dari Pasar Kakilangit. Pasar mini ini menyajikan aneka macam makanan “ndeso” tradisional yang sudah jarang ditemukan di kota. Pasar ini dinamakan “Pasar Kakilangit” karena lokasinya berada di dataran tinggi, tepatnya di tengah kawasan wisata Dlingo Imogiri Bantul, cukup dekat dengan Hutan Pinus Asri, Watu Goyang dan Lintang Sewu.Destinasi digital Pasar Kakilangit milik Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jogja ini menghadirkan 15 pedagang kuliner tradisional khas Dlingo, yang akan dibuka hanya setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu dari pukul 06.00-12.00 WIB.Para wisatawan selain menikmati keindahan alam wisata di sini, juga bisa memesan kuliner tradisional, seperti gudeg manggar, tahu guling, tiwul, telo, bubur ndeso, mie, jadah, menu angkringan, pecel, dawet ayu, wedang uwuh, kelanan, brongkos, sego ireng, sego goreng dan masih banyak lagi.Suasana alam bernuansa pedesaanNick dan Keluarga di Pasar Kakilangit. Foto milik Kevin Andy. Memasuki area parkiran terlihat langsung petugas dan pedagang yang berada di Pasar Kakilangit. Khas lain di sini baik petugas dan pedagang menggunakan pakaian adat Jawa. Selain untuk menambah rasa cinta kepada budaya Indonesia, pakaian adat yang dikenakan para petugas dan pedagang juga semakin memperkental suasana wisata unik di Pasar Kakilangit.Memasuki area stand, pengunjung akan diarahkan menuju Gubug Lurah Pasar untuk penukaran uang. Sambil menyantap makanan, pengunjung juga bisa menikmati kesenian tradisional yang ada di panggung depan stand kuliner. Uniknya lagi, di sini alat pembayarannya bukan berupa uang namun berupa koin kayu yang bernilai 1 (Rp 1000), 2 (Rp 2000) dan 5 (Rp 5000).Jika pembelanjaan tidak sampai menghabiskan koin, sisa koin bisa ditukarkan uang lagi. Bagi Nick ini hal yang unik dan menarik. Begitu masuk dan mulai melangkah kami sudah mencium aroma-aroma sedap menggugah selera dari makanan tradisional.Berawal akan kecintaan terhadap jajanan pasarBerawal dari kecintaannya terhadap jajanan pasar dan mengetahui adanya pasar makanan tradisional di Mangunan. Akhirnya Nick penasaran ingin mencoba praktik belajar membuat panganan khas di Mangunan yaitu Tiwul. Dibantu oleh Bu Marmi dan Bu Wanti yang merupakan warga setempat, Nick belajar membuat tiwul dengan serius sambil diselingi sedikit guyonan dari Bu Marmi.Begitu mencicipi hasil olahannya dari hasil belajar langsung, senyum khasnya yang menandakan rasa nikmat setelah mencicipi suapan pertama tiwul buatannya pun membuat seluruh pengunjung tertawa. Menurutnya olahan tiwul tawar ini unik karena disajikan dengan sambel terong, ikan asin, dan rebusan sayur sebagaimana makan nasi pada umumnya.Nick pun terkejut ketika mengetahui di Pasar Kakilangit ada yang namanya tiwul goreng. Olahannya seperti olahan nasi goreng. Inovasi pembuatan tiwul yang sudah siap dikukus kemudian tinggal mengolahnya seperti mengolah beras menjadi nasi ini, berhasil membuat Nick merasa takjub. Sebelumnya ia berpikir proses pembuatan tiwul membutuhkan waktu lama.“Asiknya belajar masak tiwul tawar dan tiwul manis di Pasar Kakilangit. Ternyata gak susah lho, aku malah mikir tiwul itu lama buatnya, ternyata enggak! 10 menit udah jadi”, tutur Nick dengan wajah sumringah.Nick ini ternyata sudah pernah nerbitin buku. “Bukunya tentang bahasa gaul Indonesia, dibuat dengan tujuan agar bule-bule mengerti caranya pake bahasa gaul, karena pas aku kuliah kaga ada yang bisa bahasa gaul sama sekali. Ampe hari ini cuman bisa ngomong yang baku sebaku-bakunya,” cerita Nick.Kecintaan Nick terhadap budaya Indonesia telah membuat Nick gemar memasak makanan Indonesia. Sebentar lagi ia akan merilis buku keduanya. Kali ini buku ‘yang akan ia terbitkan adalah buku resep jajanan tradisional Indonesia.Ia berharap bukunya akan semakin melengkapi referensi jajanan pasar yang bisa digunakan untuk memperkenalkan masakan Indonesia yang jarang ditemukan di negara-negara barat, seperti Australia. Sukses Nick!!!