Mengenal Kisah Unik Dibalik Restorasi Kereta Jenazah Paku Buwono X By Dewangga Liem Posted on 29 February 20206 min read 0 2,731 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Jika kalian mengunjungi alun-alun kidul Keraton Surakarta, maka akan menemui dua buah monumen unik. Monumen ini berupa sarana kereta api. Loh, kok bisa? Apa hubungannya?Pada saat Paku Buwono X bertakhta, beliau sangat antusias dengan sarana transportasi berbasis rel ini. Bahkan saat itu beliau juga membangun sebuah stasiun kereta api yang pengelolaannya bekerja sama dengan perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen.Stasiun milik Kasunanan Surakarta tersebut hingga kini masih aktif melayani perjalanan kereta api. Meski saat ini, stasiun yang terletak di Jebres, Surakarta ini hanya melayani kereta api jarak jauh yang singgah dengan tujuan Jakarta melalui lintas utara.Kembali pada monumen sarana kereta api tadi, di alun-alun kidul Keraton Surakarta memiliki dua buah kereta yang dipajang. Yang pertama, kereta api yang berlokasi di sudut barat laut dari alun-alun kidul Keraton Surakarta berupa kereta jenazah. Sedangkan, kereta api yang berlokasi di sebelah timur laut alun-alun kidul Keraton Surakarta berupa kereta pesiar. Jika saat ini seperti kereta wisata Nusantara di zamannya.Untuk kereta jenazah ini, dalam catatan sejarah hanya dipergunakan sekali untuk mengantarkan jenazah almarhum Paku Buwono X dari Solo Balapan menuju stasiun Pasar Gede, Kota Gede Yogyakarta pada tahun 1939. Ketika itu, kereta jenazah Paku Buwono X berangkat dari jalur 5 stasiun Solo Balapan yang memiliki lebar rel 1435 dan dioperasikan oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).Setelah selesai dipergunakan untuk mengantarkan jenazah almarhum Paku Buwono X dari Solo Balapan menuju stasiun Pasar Gede, Kota Gede Yogyakarta kereta khusus ini kemudian disimpan di Balai Yasa Yogyakarta hingga tahun 1997 kereta jenazah direstorasi untuk dikirimkan dan dipajang di alun-alun kidul Keraton Surakarta.Dalam proses “pemindahan” tersebut, ikut serta pensiunan Balai Yasa Yogyakarta yaitu Pak Jumadi. Pak Jumadi dan beberapa rekannya terpilih untuk proses restorasi atau perbaikan kereta jenazah Paku Buwono X. Awal mulanya kereta jenazah Paku Buwono X harus ditarik dari tengah kebun Balai Yasa Yogyakarta menuju los perbaikan.Lokomotif yang ditugaskan menarik kereta jenazah Paku Buwono X dari kebun Balai Yasa adalah seri lokomotif D301. Tetapi alangkah kagetnya pak Jumadi beserta tim kerjanya ketika melihat lokomotif tersebut tidak mampu menarik kereta jenazah Paku Buwono X. Lokomotif ini kewalahan hingga rodanya selip dan mengepulkan asap.Setelah dilakukan beberapa ritual Jawa meminta izin pada penjaga kereta jenazah Paku Buwono X, akhirnya kereta jenazah berhasil ditarik dan dilangsir menuju los perbaikan.Kisah lain juga dituturkan bahwa pada saat perbaikan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh melihat dan mengerjakan proses restorasi kereta jenazah Paku Buwono X. Seluruh sisi kereta dipagar dan ditutup kain putih pada saat perbaikan.Proses perbaikan kereta jenazah Paku Buwono X memakan waktu kurang lebih 5 bulan hingga siap dalam kondisi utuh. Dalam proses ini diubah pula ukuran lebar rodanya. Yang semula berukuran 1435 menjadi 1067 agar dapat melintasi jalur dari Jogja ke Solo.Kereta jenazah Paku Buwono X memiliki konstruksi rangka berupa baja solid dengan kayu jati sebagai rangka atas dan atap kereta yang dicat putih. Samping kanan kiri kereta ini didominasi oleh jendela kaca yang lebar dengan tirai penutup serta memiliki cap logo PB X.Bagian kabin terdapat dudukan untuk meletakkan peti jenazah Paku Buwono X dan beberapa kursi untuk para kerabat keluarga kerajaan yang mengantarkan jenazah Sang Raja. Pada ujung depan dan belakang terdapat bordes dengan pagar yang terbuat dari logam solid.Kondisi kereta jenazah Paku Buwono X saat ini bisa dibilang memprihatinkan. Catnya sudah memudar, serta banyak coretan tangan manusia-manusia tak bertanggungjawab di sisi bawah kereta ini. Kerai besinya sudah berkarat. Namun demikian, flens rodanya masih cukup tebal.Padahal kereta ini memiliki sejarah tersendiri, setidaknya di era itu, Paku Buwono X seorang Raja yang sangat kaya. Raja pertama di bumi Nusantara yang memiliki mobil dan kereta api milik pribadi. Akan sayang sekali jika monumen sejarah bukti kejayaan Paku Buwono X tidak dirawat semestinya.Reporter: Ilham Dewangga Editor: Pietha Damayanti