Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour

7 min read
0
188

genpijogja.com – Apa jadinya kalau jalan-jalan dan belajar sejarah dilakukan secara bersamaan?

Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour
Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour

Lewat Herritage Walking Tour, kamu bisa touring sekaligus menelusuri cerita-certa historis di kawasan Kotabaru. Beberapa orang terlihat mengantre di halaman Bentara Budaya sore itu. Para peserta Herritage Walking Tour disambut dengan hujan yang terkadang rintik dan terkadang deras pada hari Sabtu 8 Juli 2023.

Herritage Walking Tour merupakan salah satu event dari serangkaian Kotabaru Herritage Festival (KHF) yang diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Tur ini mengungkap cerita Kotabaru sebagai kawasan bersejarah yang diadakan 2 (dua) hari, yaitu pada tanggal 7 dan 8 Juli 2023. Komunitas Malam Museum (@malammuseum) menjadi pengelola sekaligus pemandu selama tur berlangsung.

Sejak pukul 3 sore, Tim Malam Museum telah standby untuk menyambut para peserta dari berbagai kalangan usia yang sebelumnya telah mendaftar melalui link di media sosial. Meskipun begitu, mereka tetap menyediakan kuota on the spot selama kuota masih tersedia.

Selagi menunggu tur dimulai, para peserta dipersilahkan untuk melihat-lihat pameran foto “Kotabaru Kuno dan Kini” di dalam Bentara Budaya yang juga merupakan bagian dari KHF. Kurang lebih 50 (lima puluh) peserta memenuhi ruangan tersebut untuk melakukan briefing sebelum tur.

Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour
Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour

Bertemakan Kotabaru sebagai kawasan bersejarah, tur jalan kaki ini memiliki 3 (tiga) rute yang ditawarkan antara lain Heroisme Serbuan Kotabaru, Bentang Arsitektur Kawasan Kotabaru, dan Cerita Pluralisme di Kotabaru. Para peserta diarahkan untuk berbaris sesuai rute yang telah mereka pilih.

Rute Herritage Walking Tour mengungkap cerita di balik adanya Kotabaru sebagai kawasan dengan ciri khas yang ada di Kota Yogyakarta.

Heroisme Serbuan Kotabaru

Ingat peristiwa pelucutan senjata tentara Jepang?

Kotabaru menjadi saksi dari aksi heroik yang terjadi pada 7 Oktober 1945 itu atau yang kita kenal sebagai peristiwa Serbuan Kotabaru. Pertempuran tersebut menargetkan tangsi militer Jepang di Kotabaru.

Bentang Arsitektur Kawasan Kotabaru

Kotabaru sebagai salah satu kawasan ikonik di Yogyakarta tidak langsung terbentuk dalam satu jentikan jari. Sejarah adalah sebab dan akibat, serta terdapat serangkaian proses d dalamnya.

Ketika kamu melewati Kotabaru, bangunan-bangunan di kawasan itu tampak unik dan memilki ciri khas tersendiri. Dahulu, Kotabaru adalah pemukiman kolonial Belanda yang dibangun dengan konsep “Garden City” dan didesain khusus serta disesuaikan dengan kenyamanan penghuninya.

Para peserta dibawa hanyut ke dalam cerita bersejarah dari segi arsitektur di balik pembangunan Museum Pusat TNI AD, RS Bethesda, RS dr. Soetarto, SMA Bopkri 1 Yogyakarta, dan SMPN 5 Yogyakarta.

“Paling menarik sih waktu kita di SMA BOSA (Bopkri Satu) karena di sana bisa masuk ke museum kecilnya. Cerita bangunan RS Bethesda juga bikin aku tertarik. Bisa tahu dari segi arsitekturnya karena waktu itu orang-orang Belanda masih menyesuaikan iklim di Indonesa ‘kan.” ujar salah satu peserta bernama Citra. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada ini mengaku tertarik dengan pameran dan sejarah.

Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour
Menelusuri Jejak Historis Kotabaru Lewat Herritage Walking Tour

Cerita Pluralisme di Kotabaru

Selain dari segi arsitekturnya, pembangunan Kotabaru telah direncanakan secara matang dengan mempertimbangkan sarana dan pra sarana seperti fasilitas rumah ibadah. Kotabaru memiliki masjid dan gereja yang dibangun secara berdampingan.

Gereja Katolik Santo Antonius untuk umat Katolik, sedangkan Gereja HKBP menjadi rumah ibadah bagi penghuni Kotabaru yang beragama Kristen. Dalam kawasan jalan yang sama, juga terdapat Masjid Syuhada yang dibangun pada era kemerdekaan karena saat itu mayoritas penghuni Kotabaru beragama islam. Ketiga rumah ibadah yang masih eksis hingga saat ini adalah bukti toleransi beragama antara masyarakat Kotabaru.

Herritage Walking Tour tetap berjalan dengan seru meskipun hujan deras sempat turun tepat sebelum tur dimulai. Untungnya panitia dengan sigap menyiapkan jas hujan untuk para peserta. Kawasan jalan Kotabaru menjadi warna-warni karena jas hujan yang kami pakai. Para peserta pun tampak bersemangat menjelajahi jalanan Kotabaru hingga tur selesai.

“Rasa penasaran atau curiosity generasi muda sangat tinggi terhadap Kotabaru. Belum ada satu jam posting pendaftaran, kuota tur ini sudah penuh. Ini di luar ekspektasi kami. Setiap hari kami menyediakan 45-50 orang tiap tur, namun hari pertama (7/07) kemarin membludak hingga 70 orang.” Ungkap Erwin Djunaedi selaku founder Malam Museum.

Erwin mengatakan bahwa tugas pelestarian budaya tidak hanya dimiliki oleh pemerintah, tetapi kita sebagai warga turut memilikinya. “Tidak hanya sebatas punya rasa ingin tahu saja. Tetapi juga harus memiliki upaya untuk mencari rasa ingin tahu itu.”

Menurutnya, keberadaan komunitas dan kegiatan publik seperti Herritage Walking Tour ini adalah salah satu upaya kecil yang bisa dilakukan untuk melestarikan budaya dan sejarah.

Load More Related Articles
Load More By Dzatarisa Almas
Load More In Event