Melihat Gambaran Batik Indonesia di Masa Depan Lewat Heritage Tour JIBB 2018 By Rezarizkii Posted on 6 October 20187 min read 0 704 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Matahari baru saja menyapa langit Jogja, tetapi peserta Heritage Tour Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 telah bersiap-bersiap menaiki kendaraan masing-masing menuju destinasi Heritage Tour yang pertama, yaitu Kelompok Perajin Batik Nada di Sendangrejo, Tegalrejo, Gedang Sari, Gunungkidul.Kunjungan lapangan yang dikemas dalam bentuk Heritage Tour menjadi salah satu agenda dalam acara JIBB yang dilaksanakan tanggal 2 Oktober hingga 6 Oktober 2018. Tujuan dari Heritage Tour ini adalah berkunjung ke tempat-tempat yang masih melestarikan batik dengan inovasi untuk keberlangsungan batik di masa depan.“Heritage Tour adalah salah satu komitmen kami untuk mendukung Jogja sebagai Kota Batik Dunia” ujar GKR Hemas dalam salah satu sambutannya dalam Heritage Tour. Jogja sendiri telah dinobatkan menjadi Kota Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC) pada tanggal 18 Oktober 2014.Heritage Tour Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018. Foto milik Hardy Wiratama.Tak terasa kendaraan telah menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam dari Hotel Royal Ambarukmo menuju lokasi. Peserta diajak untuk melihat batik tulis dengan pewarna alam pada kain batik. Selain mengunjungi Kelompok Perajin Batik Nada peserta juga mengunjungi SMK Negeri 2 Gedangsari yang beralamat di Prengguk, Tegalrejo, Gedang Sari, Gunungkidul.Setibanya di halaman sekolah SMK Negeri 2 Gedangsari, peserta disambut oleh barisan siswa SMK Negeri 2 Gedangsari yang menyanyikan mars sekolah. Peserta dihadiahi cinderamata berupa selendang sebagai tanda selamat datang, dilanjutkan mengikuti tur berkeliling sekolah melihat proses pembuatan batik pewarna alam yang memang telah menjadi mata pelajaran di SMK Negeri 2 Gedangsari jurusan tata busana.Saya berkesempatan berbincang dengan Ibu Rina salah seorang guru di SMK Negeri 2 Gedangsari saat tur berkeliling sekolah. Beliau mengajar mata pelajaran produktif dan muatan lokal di SMK ini. Ibu Rina dengan ramah menjelaskan bagaimana proses pembuatan selembar kain batik pewarna alam dari awal hingga akhir.Pertama, selembar kain mori direbus menggunakan air tawas selama 1 jam kemudian dikeringkan hingga benar-benar kering. Tujuan dari perebusan ini adalah untuk membersihkan bahan kimia yang ada pada kain agar warna dapat keluar.Proses kedua adalah penggambaran pola di atas kain mori dengan menjiplak motif pola kemudian barulah dibatik menggunakan malam. Proses berikutnya adalah pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu secang untuk hasil warna merah, kayu tingi untuk hasil warna kekuninga dan indigo untuk warna biru langit.“Proses pewarnaan ini tidak cukup dilakukan sekali saja, bisa beberapa kali karena berbeda dengan pewarna sintetis yang cepat.” ujar Ibu Rina. Proses terakhir adalah melorot atau melunturkan malam kemudian dikeringkan, barulah tercipta selembar kain batik pewarna alam.SMK Negeri 2 Gedangsari tidak hanya mengajarkan menggambar pola batik tradisional kepada murid-muridnya, tetapi juga pengembangan dari pola batik yang merujuk pada kearifan lokal yaitu, pola batik gedang (bahasa Jawa yang berarti pisang) dan pola batik srikaya. Kedua buah-buahan ini menurut Ibu Rina banyak ditemui di daerah Gedangsari.“Siswa di SMK Negeri 2 Gedangsari diajarkan membatik dalam pelajaran muatan lokal dari kelas 10 hingga kelas 12. Untuk anak kelas 10 diajarkan pola batik tradisional, kelas 11 pengembangan tradisional dan modern dan kelas 12 membuat motif batik sendiri menurut imajinasi mereka.” tambahnya.Tidak hanya membuat selembar kain batik yang indah, siswa juga diajarkan untuk mendesain pakaian dari kain batik sehingga kain batik ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Kain batik dan pakaian ini dapat dibeli di galeri yang ada di lingkungan sekolah. Kunjungan ke SMK Negeri 2 Gedangsari ditutup dengan penampilan fashion show siswa dengan membawakan pakaian buatan siswa SMK 2 Gedangsari.Heritage Tour Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018. Foto milik Hardy Wiratama.Perjalanan Heritage Tour kembali dilanjutkan setelah peserta bersantap siang. Tujuan berikutnya adalah Kampung Batik Manding Siberkreasi (KBMS) yang terletak di Kepek, Wonosari, Gunungkidul, Jogja. KBMS diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2018 lalu oleh Menkominfo RI Rudiantara, diwakili oleh Dirjen Aptika Kemenkominfo RI Samuel Pangerapan.KBMS direvitalisasi sejak tahun 2012 ketika Guntur Susilo dan TH Dwi Lestari bertekat untuk membangkitkan budaya batik. Tahun 2017, KBMS berkolaborasi dengan Gerakan Cinta Batik sebagai Mahakarya Indonesia (GCMI) untuk bersama-sama mengadakan gerakan cinta batik sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis (ajaran luhur, nilai-nilai positif, pesan moral, dan etika).Di KBMS peserta diajak berkeliling melihat mural-mural batik yang tidak hanya instagramable tetapi memiliki pesan di dalamnya. Batik di adaptasi tidak hanya diatas selembar kain tetapi dapat di media yang berbeda yaitu dinding dan tetap bagus untuk difoto.Mural batik ini menjadi daya tarik sendiri, terutama bagi anak muda yang senang berfoto. Harapannya, pengunjung yang mendatangi KBMS tidak hanya sekedar melihat-lihat mural-mural batik yang indah tetapi juga membeli selembar kain batik produksi pengerajin setempat sebagai buah tangan sekaligus turut menjaga batik Indonesia.