Masjid Gedhe Kauman Jogja, Simbol Akulturasi Jawa Islam By Selly Juanisa Harsela Posted on 12 March 20196 min read 0 2,351 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Arah jarum jam dinding pada bagian atas pintu bangunan masih menandakan waktu pagi di Jogja. Saat perlahan, kilau merah bata yang mendominasi atap bertingkat tiga menjadi suguhan istimewa jika Anda datang dari gapura depan masjid untuk menikmati bangunan secara keseluruhan.Ya, kira-kira begitulah suasana yang didapatkan kala menginjakkan kaki di kompleks masjid yang menjadi salah satu saksi bisu sejarah perkembangan Islam di Jawa, yakni Masjid Gedhe Kauman Jogja.Masjid Gedhe Kauman Jogja sendiri secara administatif berada di jalan Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta atau tepatnya berada di bagian barat Alun-Alun Utara Kraton Jogja. Masjid Gedhe Kauman Jogja menjadi landmark Kampung Kauman Jogja, salah satu perkampungan yang dihuni oleh orang-orang Islam di Jogja.Keberadaan Masjid Gedhe Kauman Jogja erat kaitannya dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang mana perjanjian ini menjadi awal mula pendirian Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.Pendirian Masjid Gedhe Kauman Jogja diprakarsai oleh Sultan Hamengku Buwono I dan Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat. Berdiri pada tanggal 29 Mei 1773 Masehi, atau 6 Robiul Akhir 1187 Hijriah. Pembangunan masjid dipimpin oleh seorang arsitek bernama Kyai Wiryokusumo.Masjid Gedhe Kauman Jogja berdenah persegi ini berdiri di atas tanah seluas 16.000 meter persegi dengan luas bangunan 2.578 meter persegi.Karakter Jawa-Islam sungguh melekat erat pada setiap sudutnya. Terhitung sejak pendiriannya pada masa pemerintahan Hamengku Buwono I hingga sekarang, Masjid Gedhe Kauman Jogja tercatat telah mengalami perluasan hingga beberapa kali.Tradisi Jawa yang selalu memiliki makna filosofis pada setiap tindak tanduknya tampak pada bangunan Masjid Gedhe Kauman Jogja. Setiap unsur yang menopang berdirinya masjid pun memiliki maknanya tersendiri.Bentuk atap Masjid Gedhe Kauman Jogja yang bertingkat tiga pada bangunan masjid disebut Tajug Lambang Teplok. Tajug memiliki maknanya tersendiri yaitu tiga tahapan kehidupan manusia yakni Syariat, Makrifat dan Hakekat.Secara umum, pembagian ruang pada Masjid Gedhe Kauman Jogja terbagi atas serambi, ruang inti dalam masjid dan pawestren (tempat khusus jemaah putri).Memasuki bagian serambi Masjid Gedhe Kauman Jogja, nuansa kuning hijau khas Kraton Jogja terlihat menghiasi dinding depan serta semua soko guru yang ada. Soko guru dihias dengan berbagai macam motif.Penopang bangunan Masjid Gedhe Kauman Jogja menggunakan struktur Tumpangsari, struktur ini menjadi salah satu ciri khas bangunan tradisonal Joglo.Suasana yang berbeda akan didapatkan kala memasuki bagian dalam Masjid Gedhe Kauman Jogja. Balok-balok kayu yang menopang bangunan juga berdiri secara teratur.Di bagian kiri mihrab Masjid Gedhe Kauman Jogja terdapat maksura, tempat khusus untuk Sultan ketika sedang beribadah di masjid. Juga terdapat mimbar bertingkat layaknya singgasana. Mimbar diperuntukkan bagi khotib saat menyampaikan khotbah kepada jemaah.Keberadaan Masjid Gedhe Kauman Jogja masih kerap digunakan saat perayaan besar Kraton Jogja seperti sekaten, tingalan jumeneng dalem, grebeg, dan masih banyak lagi. Namun dalam keseharian, Masjid Gedhe Kauman Jogja juga dipergunakan oleh masyarakat sebagai tempat beribadah serta bersosialisasi seperti pengajian.Saya sarankan Anda tetap menjaga sopan santun selama berkunjung ataupun beribadah di masjid. Terkhusus bagi Anda yang wanita, Masjid Gedhe Kauman Jogja mewajibkan menggunakan penutup kepala berupa jilbab atau selendang selama berada di area masjid.Masjid Gedhe Kauman Jogja cukup mudah ditemukan dengan berjalan kaki dari Kraton Jogja ataupun dari Alun-Alun Utara Jogja. Bagi Anda yang menggunakan kendaraan roda dua, ada baiknya parkir kendaraan Anda secara teratur di halaman Masjid Gedhe Kauman Jogja. Jika Anda membawa kendaraan roda empat sangat disarankan parkir di bagian luar gapura Masjid Gedhe Kauman Jogja.Satu lagi, jika Anda wisatawan dari luar kota, datanglah ke Masjid Gedhe Kauman Jogja saat sedang perayaan Sekaten. Atmosfer dari ndog (telur) abang, sego gurih, wangi melati, alunan gending dari gamelan pusaka dan banyak kegiataan budaya lainnya akan membuat Anda terpukau pada akulturasi budaya Jawa Islam yang sudah mengakar dan dijaga toleransinya secara turun temurun oleh warga Jogja.