Kotagede di dalam Desain Kontemporer By Tikha Novita Sari Posted on 30 October 20187 min read 0 438 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Jogja Design Week (JoDeWe) 2018 merupakan pertama kalinya di Yogyakarta secara resmi dibuka pada, Jumat (26/10) di Rumah Budaya Kotagede. Membawa tema Fusion Identity, JoDeWe merespon kawasan Kotagede yang melibatkan 10 desainer profesional didampingi 70 asisten desainer yang terdiri dari para praktisi serta mahasiswa.Pembukaan pameran Jogja Design Week 2018 oleh Dinas Kebudayaan DIY.Meliputi eksterior desain (mendesain spot di luar bangunan dengan menggunakan raw material non permanen yang mudah untuk dibongkar kembali), dan interior desain (mendesain spot di dalam bangunan dengan raw material mubelair, furnishing, dan coating tanpa merubah bentuk atau keadaan aslinya, serta mudah untuk dikembalikan ke kondisi semula). Pameran ini diselenggarakan oleh Jogja Karsa Bersama (JKB) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY.Semua pasti tahu Kotagede merupakan salah satu area wisata populer di Yogyakarta yang memiliki banyak sekali tempat-tempat menarik. Mulai dari wisata sejarah, wisata kuliner, hingga wisata belanja peraknya yang terkenal. Bangunan tradisional di Kotagede sendiri sebagian besar terdapat di Jagalan (Bantul). Dua diantaranya menjadi venue dalam Jogja Design Week 2018 adalah Base Artisan dan Rumah gang Soka.Sarana ini tentunya menjadi jembatan yang dapat menciptakan inovatif dan kreatif dalam mengemas wisata dengan tidak mengesampingkan budaya yang kuat. Acara malam itu dimeriahkan oleh perform dari Kidjing Mamba, Nada Bicara, Kinari Dance, dan Keroncong.Acara pembukaan Jogja Design Week 2018 dihadiri seluruh desainer dan tamu undangan.Setyawan Sahli, perwakilan dari Dinas Kebudayaan DIY memberikan sambutan dalam acara pembukaan acara JoDeWe 2018. Ia mengemukakan tujuan diselenggarakan JoDeWe ini yaitu, mengemas kebudayaan lokal dengan sentuhan budaya kontemporer tanpa menghilangkan bentuk asli. JoDeWe pun menjadi ruang untuk penyampaian gagasan sejarah dan kultur yang mendominasi Kotagede. Keterlibatan masyarakat sebagai bentuk respon positif dalam JoDeWe.“Diharapkan terjadinya transfer history dari para desainer senior sehingga mampu menghimpun desainer muda yang memiliki potensi dalam perkembangan desain kontemporer. Selain itu memberikan sumbangsih dalam meningkatkan, memperluas, dan merangsang pemahaman sebagai ruang proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang komprehensif. Dengan begitu, mampu menjadi wakil yang mendekatkan dan mampu mempercayai desainer-desainer Indonesia,” tutur Setyawan Sahli.Satya Brahmantya menyampaikan bahwa hasil temuan dari penelusuran arsitektur di Kotagede memunculkan inspirasi tema dari JoDeWe 2018 ini. Penerapan tema dan semangat gagasan JoDeWe berada di 10 spot Kotagede yang masih merupakan bangunan Cagar Budaya.“Gagasan mengemas kebudayaan Nusantara dengan desain kontemporer ini kami tempatkan di Kotagede. Kami yakin bahwa Kotagede merupakan warisan peradaban Agung dari zaman Mataram lama beberapa abad yang lalu. Kota ini memiliki identitas yang lahir dari pergerakan dan nilai yang berkembang di masyarakat. Saat ini perlu kiranya ada kemasan yang coba kami design agar masyarakat baru bisa menyadari nilai warisan para leluhur,” tutur Satya Brahmantya Team Leader JoDeWe.“Yah, inilah Jogja, adanya dukungan dari aura-aura yang sangat positif di rumah-rumah yang dipakai sebagai lokasi pameran tak membuat persiapan singkat dan banyak hal yang mungkin kurang ini, menjadi alasan. Kami tetap berusaha dengan segala kelemahan yang ada menyiapkan pameran dengan baik. Dukungan aura-aura yang positif ini salah satunya di Rumah Budaya ini.”Salah satu pengisi acara pembukaan JoDeWe 2018 yang dibawakan oleh Nada Bicara.Rumah Budaya Kotagede merupakan rumah yang sudah dibeli oleh Pemprov Dinas Kebudayaan sehingga Rumah Budaya Kotagede sudah milik masyarakat umum. JoDeWe sendiri hadir memberi peluang dan nuansa di Rumah Budaya Kotagede.Sebagai inisiator JoDeWe sekaligus desainer Satya Brahmantya pun berharap para desainer maupun seniman yang mempunyai ide-ide kreatif bisa menyampaikan idenya kepada Dinas Kebudayaan untuk memakai Rumah Budaya dengan bermartabat.“Tantangan yang sangat besar bagi para designer dan asisten designer untuk mengemas Cagar Budaya Kotagede dengan design kontemporer. Sebab demi memelihara Cagar Budaya maka designer punya batasan dalam mengkreasikan designnya. Maka kami pun membuat agenda dan acara yang mampu memfasilitasi para designer dan juga asisten dengan baik,” tutur Arief Setiabudi, Production Dept JoDeWe yang akrab disapa Pungki ini.Arief Setiabudi, Ketua Panitia Pelaksana Jogja Design Week 2018. Berfoto di sebelah lukisan Dimas. Lukisan ini juga menggambarkan Fusion Identity di dalam pameran JoDeWe 2018.Dari hasil karya akulturasi Budaya Nusantara ini, pengunjung masih bisa merasakan nilai lokal yang tak hilang walaupun telah digabungkan dengan budaya lain. Aktivitas ini juga berusaha untuk mengajak kaum muda supaya lebih peduli melestarikan kebudayaan nusantara.Yang unik dalam pagelaran pameran ini, acara dilaksanakan dalam beberapa rangkaian kegiatan. Forum Group Discussion dan Workshop yang sebelumnya telah diadakan tanggal 11-12 Oktober dan pameran yang berlangsung tanggal 27 Oktober hingga 7 November mendatang.Tidak lupa pula dalam agenda ini panitia JoDeWe melibatkan masyarakat sekitar untuk mampu berperan aktif dalam terlaksananya program ini.Jogja Design Week 2018