Kopi Badhek, Tempat Nongkrong di Samping Candi Borobudur By Rezarizkii Posted on 21 February 20198 min read 0 1,114 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Berkunjung ke kawasan Candi Borobudur tak lengkap apabila tidak sekalian berwisata kuliner. Kebetulan jam juga menunjukkan pukul 12.00 siang, berarti sudah saatnya untuk mengisi perut yang mulai keroncongan menahan lapar dari Jogja. Tim Web GenPI Jogja memutuskan untuk singgah di Kopi Badhek yang fenomenal.Sekilas melihat halaman warung Kopi Badhek ini mengingatkan saya dengan rumah nenek saya. Pepohonan rindang, semilir angin perbukitan, dan bangunan kayu berbentuk joglo melengkapi flashback akan rumah nenek. Nyaman rasanya dan membuat betah berlama-lama.Mungkin kalau kata orang zaman now terasa ‘homey’. Di tengah flashback, teman saya memanggil dari gubuk kecil di belakang joglo. Rupanya teman-teman saya sudah duduk di kursi yang ada di bawah gubuk. Saya bergegas mengikuti jalan setapak menuju gubuk tempat teman saya duduk.https://www.flickr.com/photos/163542005@N03/47095580442/in/dateposted-public/Saya memilih duduk di bangku yang mengarah ke hamparan sawah hijau yang ada di belakang gubuk. Sesekali saya mendengar suara kelotak kaki kuda yang berderap melewati jalan di samping persawahan.Saya menyandarkan punggung ke bangku dan menyelonjorkan kaki yang pegal sambil menikmati hijaunya hamparan sawah saat teman saya berkata “Kalau mau makan ambil di gubuk yang itu, all you can eat”. Pas sekali, ketika saya mulai bingung bagaimana memesan makanan dan minuman di Kopi Badhek ini, teman saya memberitahukan hal tersebut.Ada berbagai macam menu tertera di tulisan kecil yang berada di depan wadah-wadah gerabah bertdung bambu. Saya membaca satu-persatu menu yang ada sebelum memutuskan mana yang akan saya pilih untuk mengisi perut saya. Sambil mengambil piring rotan, saya akhirnya memutuskan untuk memilih sego megono dengan lauk endog ireng dan tempe. Saya juga memilih tiga macam sayur untuk menemani menu utama saya.Sayur yang pertama adalah gori atau nangka muda yang dimasak gudeg, yang kedua adalah semacam daun panjang yang juga dimasak gudeg, terakhir adalah oseng-oseng daun yang dirajang atau diiris tipis-tipis dengan cabe merah.Barulah saat seorang perempuan mengatarkan minuman yang dipesankan teman saya, asal usul daun itu terungkap. Ternyata sayur yang unik rasanya ini berasal dari daun tanaman kembang kol. Ini merupakan pengalaman baru bagi saya menyantap daun tanaman kembang kol.Awalnya saya sedikit ragu ketika menyuapkan sesendok oseng-oseng daun tanaman kol ini, saya mengira akan sangat pahit dilidah tapi ternyata saya salah. rasa dari bumbu oseng-oseng yang gurih dan sedikit pedas berpadu dengan rasa daun yang cenderung tawar.Sendokan yang kedua adalah daun tanaman kol yang masih utuh dan dimasak gudeg. Daunnya lembut seakan lumer dilidah dan rasa manis dari gula jawa yang pas dipadukan bumbu yang lain. Setelah saya mencoba kedua sayur itu barulah saya tenang menikmati hidangan di piring saya.Beberapa sendok berikutnya leher saya mulai terasa seret. Untungnya teman saya sudah memesankan segelas es badhek yang telah diantarkan tadi. Ini kekagetan saya yang kedua karena saya sama sekali belum pernah minum badhek atau yang biasa disebut nira atau legen.Sebelum saya menyeruput, saya sempat mencium harum manis dari nira. Semoga saja rasanya manis seperti harumnya batin saya. Benar saja rasanya manis dan segar sekali tidak ada rasa sepatnya seperti dalam pikiran saya. Setelahnya baru saya tahu bahwa rahasia di balik manisnya badhek di Kopi Badhek dari Pak Mufti pemilik dari Kopi Badhek.Beliau menjelaskan kalau badhek ini harus disadap pagi-pagi sekitar pukul 5.30 pagi agar keluar rasa manisnya. Bila kesiangan sedikit rasanya akan berubah. Hal ini diketahui dari riset yang beliau lakukan dengan mencoba-coba.Hal lainnya yang menentukan rasa manis dari badhek di Kopi Badhek ini adalah Pak Mufti memiliki langganannya sendiri karena rasa manis ini juga ditentukan keahlian dari si penyadap nira.Betapa spesialnya badhek di Kopi Badhek ini badheknya dipersiapkan sedemikian rupa sebelum jam buka pukul 9 pagi hingga 9 malam demi para pengunjung.Dalam sehari paling tidak Pak Mufti menyiapkan sekitar 10 liter badhek pengunjung Kopi Badhek. Badhek yang telah direbus sebelumnya ini akan disajikan menjadi berbagai minuman salah satunya es badhek yang saya minum. Minuman lainnya yang sempat saya cicipi adalah kopi badhek yang sesuai dengan nama warung ini.Harum dari aroma kopi bercampur dengan aroma manis dari badhek. Rasa dari kopi badhek ini menurut saya sangat ringan tidak seperti kopi dengan pemanis gula yang apabila diminum manis meninggalkan rasa manis yang pekat di lidah, kopi badhek ini justru dapat memberikan after taste manis yang tidak terlalu pekat sehingga saya masih dapat merasakan rasa pahit dari kopi.Saya juga sempat menanyakan kepada Pak Mufti mengapa terinspirasi untuk menjual badhek sebagai menu utama yang saya rasa membuat unik Kopi Badhek ini. “Karena saya rasa belum ada yang mengeksplore badhek ini lebih, rata-rata yang menjual ya hanya es badhek saja. kita membuat menu lainnya dan berbeda sepertinya baru ada di sini (Kopi Badhek)” jawab Pak Mufti.Penjelasan beliau ini menjawab rasa penasaran saya sebagai ‘fans’ baru minuman yang tebuat dari badhek. Jika kalian penasaran bagaimana nikmatnya Kopi Badhek langsung saja klik link berikut ini agar kalian tidak tersesat. Mungkin saja kalian adalah “fans” berikutnya sepertiku.