PT KAI Daop 6 Yogyakarta telah selesai melakukan sterilisasi Kawasan Bong Suwung di wilayah emplasemen bagian barat Stasiun Yogyakarta pada Kamis (3/10).
Dengan sterilisasi ini diharapkan dapat membuka ruang bagi pengembangan Stasiun Yogyakarta yang merupakan salah satu gerbang utama menuju Kota Yogyakarta.
Kepala Daop 6 Yogyakarta Bambang Respationo mengungkapkan bahwa saat ini aktivitas langsiran KA di Stasiun Yogyakarta hanya bisa dilakukan ke arah timur karena kondisi di sisi barat yang tidak memungkinkan.
“Saat ini kami langsiran KA hanya ke arah timur sedangkan seperti kita ketahui kondisi jalan di Yogyakarta sudah macet luar biasa sehingga dapat diharapkan dapat bermanuver ke barat dan berandil untuk mengurangi kemacetan,” kata Bambang.
Kemudian emplasement yang sudah bersih ini nantinya akan dilakukan pemekaran dalam artian pelebaran jarak antara jalur rel. Hal tersebut memungkinkan perpanjangan peron Stasiun Yogyakarta.
“Saat ini dapat kita lihat bahwa peron diantara dua jalur masih sempit. Ini juga berbahaya bagi penumpang karena berkerumun. Nanti rel ini akan kita lebar-lebarkan semua jaraknya, sehingga memberi ruang untuk pengembangan peronnya. Jadi pengembangan tahap pertama adalah pengembangan di emplasemennya,” tambahnya.
Bambang Respationo melanjutkan bahwa untuk tahap berikutnya Stasiun Yogyakarta ini akan diperluas sehingga dapat mengakomodir penambahan pelanggan KA.
“Stasiun yang sekarang adalah stasiun yang heritage, tidak bisa dirombak lagi. Kita bisa melakukan pengembangan dengan membuat bangunan stasiun lagi yang lebih besar di sekitarnya,” kata Bambang Respationo.
Seluruh upaya yang dilakukan KAI Daop 6 tersebut juga diharapkan dapat membantu memperkuat image Kota Yogyakarta sebagai tujuan utama wisata dari berbagai daerah, dalam maupun luar negeri sehingga tingkat kunjungan juga meningkat.
Bagi para pelancong yang menggunakan jasa angkutan kereta api yang turun di stasiun besar Yogyakarta tak perlu bingung untuk menentukan tujuan wisatanya. Banyak pilihan tujuan wisata yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari stasiun Yogyakarta, berikut daftar singkatnya.
Tugu jogja
Biasanya tugu atau monumen dijadikan simbol suatu daerah sebagai ciri khas sebuah daerah. Begitu juga dengan Tugu Jogja yang merupakan salah satu ikon utama Yogyakarta. Tugu Jogja ini berada tepat di tengah perempatan antara jl. Mangkubumi, jl. Jendral Sudirman, Jl. A.M Sangaji, dan Jl. Dipenogoro. Dengan berbagai sejarah yang melatarbelakanginya, Tugu Jogja juga menjadi ikon sejarah bagi kota Jogja. Lokasi yang strategis tersebut dapat dijangkau wisatawan hanya berjalan kaki ke arah utara dari stasiun besar Yogyakarta.
Malioboro
Bagi sebagian besar wisatawan baik lokal maupun mancanegara, Malioboro sudah tak asing sebagai tempat berwisata belanja paling diminati di Yogyakarta. Denyut aktivitas perdagangan sangat terasa di tempat ini. Namun demikian latar belakang sejarah Malioboro pun tak kalah mengesankan.
Keberadaan Jalan Malioboro tidak terlepas dari konsep kota Yogyakarta yang ditata membujur dengan arah utara – selatan, dengan jalan-jalan yang mengarah ke penjuru mata angin serta berpotongan tegak lurus. Pola itu diperkuat dengan adanya “poros imajiner” yang membentang dari arah utara menuju ke selatan, dengan kraton sebagai titik tengahnya.
Titik nol kilometer Kota Yogyakarta
Titik nol kilometer Kota Yogyakarta adalah sebuah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta.
Di manakah letak titik nol kilometer Kota Yogyakarta? Beberapa orang mungkin memiliki jawaban yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa titik nol kilometer tersebut berada di Keraton, Alun-alun Utara, atau malah di antara dua Pohon Beringin yang berada di tengahnya. Secara keseluruhan, letak titik nol kilometer berada di lintasan antara Alun-alun Utara hingga Ngejaman di ujung selatan Malioboro.
Kraton Yogyakarta
Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat Kota Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan tersebut, tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang dikeringkan.
Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.
Jakarta, 5 Oktober 2024 – Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Nasional menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-5 di Vertue Hotel Harmoni,…
Tahun ini Festival Kebudayaan Yogyakarta diselenggarakan di Lapangan Bawuran, Kalurahan Bawuran, Kapanewon Pleret. Berlangsung pada 10-18 Oktober 2024, FKY menyajikan…
genpijogja.com - Perhelatan ARTJOG 2024 Motif: Ramalan telah resmi ditutup pada Minggu (01/09) malam. Tisna Sanjaya, selaku seniman dan dosen…
genpijogja.com - Pameran seni rupa bertajuk ‘Indonesia 100%’ resmi dibuka di Kampus Terpadu UNU Yogyakarta, Dowangan, Sleman Yogyakarta, Sabtu (31/08).…
GENPIJOGJA - Festival seni kriya dengan tema RITUAL pada gelaran Matra Kriya Festival 2024 atau MK 2024 telah resmi dibuka.…
GenPi Jogja — Prambanan Jazz Festival (PJF) 2024 terasa spesial. Betapa tidak, tahun ini PJF menginjak usia satu dekade atau…
This website uses cookies.