Alif Febriantini dan Ridho Ikhtiari: Witing Tresno Jalaran Soko Leather Bag

8 min read
0
875

“Saya hanya diberi uang saku sepuluh ribu sama orangtua. Mas Ridho juga”, kenang Alif. “Uang sepuluh ribu itu bisa buat apa sih? Buat jajan bakso dan es saja sudah habis. Makanya, kami jadi mikir, bisa ga dengan uang saku sepuluh ribu ini dijadikan modal usaha buat masa depan”.

Suatu siang di hari sabtu pertengahan februari lalu, tim web Genpi Jogja bertandang ke sebuah rumah di daerah Panggungharjo, kecamatan Sewon, kabupaten Bantul.

Di sana kami bertemu dengan Alif Febriantini, perempuan berusia 26 tahun yang memiliki usaha produksi barang-barang berbahan dasar kulit sapi.

Alif, begitu dia biasa disapa, awal tahun 2019 ini menjadi salah satu peserta kegiatan Boot Camp “Kita Muda Kreatif” yang diselenggarakan oleh Unesco bersama Citi Foundation.

WhatsApp Image 2019-03-12 at 2.46.07 PM

Perjumpaan Alif dengan dunia pengolahan kulit diawali ketidaksengajaan. Hal itu bermula di tahun 2010 ketika Alif memutuskan untuk berkuliah di Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Alasannya pada saat itu memilih kampus tersebut karena Alif ingin belajar tentang ilmu tata rias dan perawatan kulit. Lhoh?!

Kenyataannya, kampus yang Alif pilih adalah akademi dengan spesialisasi ilmu mengenai teknologi pengolahan kulit binatang untuk dijadikan barang-barang yang memiliki nilai jual seperti tas, dompet, sepatu, dan sebagainya.

Kesasar. Kenyataan yang sangat jauh dengan harapan dan tentu saja cerita itu disambut gelak tawa kami semua.

Meski begitu, Alif memutuskan untuk tetap melanjutkan studinya di kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, Alif mulai mendapatkan kenyamanan dengan ilmu yang dipelajari. Dan seperti kata orang-orang bahwa kenyamanan bisa membuat sayang, demikian pula dengan Alif yang akhirnya merasa mendapatkan passion baru di bidang pengolahan kulit.

Berbekal ilmu yang didapatkan di perkuliahan, Alif mulai membuat beberapa barang kerajinan yang awalnya dipergunakan untuk dirinya sendiri.

WhatsApp Image 2019-03-12 at 2.36.25 PM

Barang-barang hasil buatannya, Alif foto dan unggah di akun media sosial facebook miliknya. Niatnya sih hanya iseng dan sedikit pamer, namun ternyata respon yang diterimanya sangat positif. Banyak orang yang memuji barang buatan Alif dan kemudian memesannya.

Alif melihat hal tersebut sebagai kesempatan untuk menginisiasi sebuah usaha. Alif mulai memproduksi barang-barang untuk dijual saat masa kuliahnya memasuki semester 4. Dia membeli sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan dan kemudian menjalankan proses pembuatannya dengan menumpang di bengkel kampus.

Pada awal menjalankan usahanya tersebut, Alif tidak langsung membuat barang kerajinan dengan bahan dasar kulit. Alif memulainya dengan menggunakan bahan vinil yang harganya lebih terjangkau dan proses pembuatannya lebih mudah.

Hingga pada suatu waktu Alif menerima pesanan tas kulit dari Semarang. Sejak saat itulah Alif mulai memproduksi barang-barang berbahan dasar kulit.

IMG_6996.

Uniknya, dalam merintis dan menjalankan usahanya tersebut Alif dibantu oleh Ridho Ikhtiari, suaminya yang saat itu masih berstatus sebagai pacarnya. Alif bercerita jika dulu mereka sangat jarang jalan-jalan keluar.

“Kami kalo lagi pacaran, ya di rumah, Mas. Membuat barang-barang pesanan”. Sungguh pacaran yang antimainstream banget ya!

“Saya hanya diberi uang saku sepuluh ribu sama orangtua. Mas Ridho juga”, kenang Alif. “Uang sepuluh ribu itu bisa buat apa sih? Buat jajan bakso dan es saja sudah habis. Makanya, kami jadi mikir, bisa ga dengan uang saku sepuluh ribu ini dijadikan modal usaha buat masa depan”. Witing Tresno Jalaran Soko Leather Bag.

Siang itu, cerita percintaan antara Alif dan Ridho mengalir begitu saja. Alif sesekali menghapus air di sudut matanya saat mengenang masa pacaran dan jatuh bangun membangun usaha bersama mereka.

WhatsApp Image 2019-03-12 at 2.48.00 PM

Usaha Alif tersebut terus berjalan selama sisa masa kuliahnya. Sebagian besar dari keuntungan yang di dapatkan Alif tabung. Hasilnya, saat lulus dari kuliah Alif beserta Ridho bisa membeli mesin jahit dan mesin feset untuk melanjutkan usaha sekaligus menyewa sebuah rumah yang dipergunakan sebagai tempat produksi.

Dari rumah produksi itulah usaha Alif dan Ridho semakin berkembang. Gozzo Leather Bag mereka pilih sebagai nama brand dari produk-produk yang mereka hasilkan.

“Gozzo itu artinya berlayar”, jelas Alif. “Harapannya usaha yang kami jalankan ini dapat mengantarkan kepada kesuksesan”.

Dengan branding Gozzo Leather Bag, semakin banyak orang yang tahu tentang produk buatan Alif dan Ridho. Hal itu pun berbanding lurus dengan jumlah pesanan yang mereka dapatkan.

Pesanan datang tidak hanya dari perseorangan, namun lebih banyak yang berasal dari perusahaan. Seperti pesanan dari Bank Mandiri dan CIMB Niaga yang sedang tim produksi Gozzo Leather Bag kerjakan ketika kami datang bertamu. Kamu bisa simak banyak karya Gozzo Leather Bag di akun IG @gozzo_leatherbag jika tertarik membeli.

IMG_6999.

Saat ini Gozzo Leather Bag memiliki 9 orang karyawan. Terdiri dari 8 orang laki-laki di bagian produksi dan seorang perempuan di bagian administrasi yang sekaligus membantu proses finishing produk. Selain itu, jika sedang ada pesanan dalam jumlah banyak Alif dan Ridho memberdayakan warga sekitar yang memang memiliki kemampuan dalam produksi barang berbahan dasar kulit.

Keren ya? Berawal dari Alif yang kesasar memilih tempat kuliah, masa-masa pacaran yang diisi dengan membuat usaha bersama. Alif dan Ridho sekarang telah berhasil mengembangkan Gozzo Leather Bag dan memberi pekerjaan pada banyak orang di usia muda. Sungguh pasangan muda yang inspiratif!

Load More Related Articles
Load More By Prima Dini
Load More In Inspirasi