Ajak Kenali Vegetasi, Symposium Internasional Kraton Yogyakarta Buka Ruang Bagi Peneliti Muda By Pras Chandrawardhana Posted on 10 March 20235 min read 0 41 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin Peringatan ulang tahun bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X ke 34 serangkaian acara digelar oleh Kraton Yogyakarta. Serangkaian Hajad Dalem yang digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem juga menjadi upaya Keraton Yogyakarta untuk menyelaraskan kehidupan manusia dan alam sekitarnya.268 tahun lamanya keselarasan hidup antara manusia dan alam telah menjadi pondasi berjalannya Keraton Yogyakarta. Sejak dibangun oleh Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri dengan beragam falsafah yang dicurahkan. Tiap detail vegetasi yang menghiasi dari Panggung Krapyak hingga Tugu, tak semata dipilih berdasar manfaat fisiologisnya. Ragam flora tersebut juga mengandung makna mendalam yang dapat menjadi pandangan hidup manusia.Karena konsen tersebut, International Symposium on Javanese Culture tahun ini mengusung tema The Meaning and Function of Vegetation in Preserving Nature and Traditions in the Sultanate of Yogyakarta. Tema tersebut diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali makna dan filosofi vegetasi di lingkungan Kasultanan Yogyakarta, demi terwujudnya hamemayu hayuning bawana.Simposium Internasional yang digelar oleh Keraton Yogyakarta ini akan berlangsung dua hari pada Kamis-Jumat, 9-10 Maret 2023. Acara ini akan menjadi ajang silang pendapat dan tukar pikiran para akademisi yang memiliki ketertarikan pada budaya Jawa. Dengan tema tahun ini, secara spesifik tentunya akan menjadi ruang diskusi yang menarik bagi para pemerhati dan pecinta lingkungan.“Akan ada 4 sesi diskusi dengan pembicara para peneliti dari dalam dan luar negeri, sebagian besar pembicara merupakan peserta call for paper yang sudah kita buka sejak November lalu, kemudian telah terpilih dan menjalani serangkaian workshop dengan reviewer. Selain peserta call for paper tadi, para reviewer juga akan menjadi pembicara dalam simposium kali ini. Untuk nama-namanya dan materi apa yang akan ditampilkan, akan kami informasikan kemudian, jadi silakan pantau media sosial resmi Kraton Jogja,” papar GKR Hayu.Pembukaan Symposium Internasional digelar di Ballroom Kesultanan, Hotel Royal Ambarukmo, Kamis (8/3). Acara ini dibuka oleh Kanjeng Gusti Mangkubumi mewakili Sri Sultan Hamengku Buwono X yang berhalangan hadir karena menyambut Presiden.Acara Symposium ini kembali digelar secara langsung setelah dua tahun dihantam pandemi dan hanya berlangsung secara online. Tahun ini Kraton Yogyakarta juga menghadirkan pembicara baik dari dalam maupun luar negeri.Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, menyampaikan momentum kenaikan takhta dan kembalinya 75 manuskrip digital (dari British Library) menjadi langkah awal bagi keraton untuk membuka diri agar nilai-nilai luhur dapat terus dilestarikan.“Hal ini diwujudkan dalam gelaran simposium atau ruang-ruang diskusi penelitian akademis terkait budaya Jawa, dengan begitu ilmu pengetahuan dan kekayaan budaya tersebar luas,”Ungkap Gusti Hayu.Dalam perkembangan sains, vegetasi yang ditanam oleh Pangeran Mangkubumi di tepi jalan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta dan di luar benteng keraton tidak hanya memenuhi unsur perindang, namun juga membantu penyerapan polutan. Dari pandangan sastra atau filologi, ilustrasi vegetasi dalam manuskrip milik keraton memuat gambaran kondisi alam dan sosial masyarakat Jawa kala itu.“Secara sosial historis, bahan pangan di Yogyakarta telah memperkaya prosesi ritual garebeg dalam bentuk gunungan sebagai simbol sedekah. Dan tema-tema lain yang senada bernuansa vegetasi,”ujar Gusti Mangkubumi dalam Sambutan Pembukaan Symposium.“Semoga simposium ini menjadi sarana untuk memperkuat jati diri dan bersama-sama memperkuat identitas kita sebagai bangsa,” tutup GKR Mangkubumi