33 Pematung Ikut Pameran Maket Jogja Street Sculpture Project 2019 By Farras Hasna Taqiyya Posted on 18 October 20197 min read 0 364 Share on Facebook Share on Twitter Share on Pinterest Share on Linkedin genpijogja.com – Pembukaan resmi pameran maket Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 berlangsung meriah pada Kamis (17/10) malam di Galeri Tiforti Art Space Jogja.Pameran maket Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 yang dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho ini akan berlangsung mulai tanggal 17 hingga 23 Oktober 2019 mulai pukul 10.00-18.00 WIB di Galeri Tiforti Art Space Jogja.33 Pematung Ikut Pameran Maket Jogja Street Sclupture Project #3“Kami tidak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan kesenian di Jogja. Kami butuh mitra. Asosiasi Pematung Indonesia (API) kami rasa mantap sebagai mitra kerja sama karena API satu-satunya asosiasi patung di Indonesia”, jelas Aris dalam sambutannya.Didirikan sejak tahun 2000, Asosiasi Pematung Indonesia (API) telah menaungi 170 pematung. Asosiasi Pematung Indonesia (API) tersebar di berbagai kota, salah satunya Jogja, yang terpilih menjadi basis para pematung Indonesia. Pada perhelatan Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 kali ini, sejumlah 61 pematung turut menyumbangkan 33 karya.Dalam Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3, pematung yang ikut serta tak hanya anggota Asosiasi Pematung Indonesia (API) tingkat nasional, tetapi juga mengundang empat pematung dari Malaysia. Selain itu, Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 membuka kesempatan bagi pematung berkelompok, serta agenda rutin pidato kebudayaan yang tahun ini disampaikan oleh Dr. Purwadi.Setiap tahun, Jogja Street Sculpture Project (JSSP) mengangkat tema yang berbeda. Sebelumnya, dalam Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2015 mengangkat tema “Antawacana”. Acara ini sukses diselenggarakan di jalan Pangeran Mangkubumi.Kemudian pada Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2017 mengangkat tema “Jogjatopia”. Acara ini berlangsung di sekitar Kotabaru dan Kridosono. Memasuki tahun ketiganya, Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2019 mengangkat tema “Pasir Bawono Wukir”. Acara yang bakal dihelat di dua kabupaten dan satu kota ini akan digelar mulai dari Gumuk Pasir Parangkusumo, Kawasan Nol Kilometer Jogja dan di dusun Kinahrejo, Cangkringan, Sleman.“Para seniman mengalami gegar budaya. Tahun ini termasuk berat temanya, mengacu pada konsep Sumbu Imajiner DIY. Memakai tempat yang jauh, minim infrastruktur. Para seniman dituntut untuk memahami tata ruang kota. Tak hanya kontekstual tapi juga partisipatoris, melibatkan audiens”, ungkap Ketua Asosiasi Pematung Indonesia (API) Arsono.“Baik tema maupun pelaksanaan, bagi kami cukup berat. Secara imajiner jaraknya jauh. (Dilaksanakan di) dusun Grogol, sekitar KM.0 dan Kinahrejo tepatnya di Desa Umbulharjo. Harapannya semoga patung tersebut dapat masuk ke masyarakat sekitar”, ujar ketua panitia Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 Risanto Bima Pratama.Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 adalah proyek seni patung di ruang publik. Hadir sebagai bentuk kontribusi pematung atas perkembangan dinamika ruang hidup masyarakat. Proyek JSSP #3 diharapkan tidak sekadar memamerkan karya seni, tetapi juga memantik kesadaran masyarakat akan dinamika sosial yang terjadi.“JSSP merupakan kegiatan pameran patung publik, jadi berada di luar ruang, bukan di galeri. Tahun 2019 mengambil tema Pasir Bawono Wukir. Para seniman patung diminta mengisi ruang publik karena poros tata ruang DIY memiliki keistimewaan berupa garis imajiner yang masih satu garis lurus, terbentang dari laut selatan, Keraton, hingga Gunung Merapi”, terang kurator Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 Soewardi.Bersama Kris Budiman dan Eko Prawoto, Soewardi meramu konsep kuratorial dan diterjemahkan para pematung Jogja Street Sculpture Project (JSSP) dengan tema “Pasir Bawono Wukir” yang filosofis.“Kami berharap setiap pematung anggota asosiasi datang ke Yogyakarta untuk meninjau ruang bagi karya mereka. Mereka tidak hanya merespon dari konsep tema Pasir Bawono Wukir, tapi sekaligus karyanya bisa merespon ruang-ruang yang ada di Yogyakarta”, lanjut Soewardi.33 Pematung Ikut Pameran Maket Jogja Street Sclupture Project #3Dalam konteks ruang, kekuatan Gunung Merapi, Keraton dan Laut Selatan mempengaruhi dinamika alam dan sosial. Penekanan tafsir garis imajiner bukan hanya ruang namun juga pada imajinasi. Imajinasi sosial dalam konteks kekinian yang mewarnai perilaku masyarakat plural. Banyak poros baru yang sekarang sangat majemuk.Keberanian mendefinisikan kembali poros imajiner klasik, memberi tafsir baru dan kontekstual. Peran pematung sangat penting untuk mewujudkan konsep karya yang terintegrasi dengan lingkungan.“Yang membedakan JSSP #3 dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu melibatkan tiga tempat yang menjadi garis imajiner Yogyakarta. Patung tidak hanya diletakkan di suatu tempat, namun diharapkan mampu menciptakan efek keberlangsungan dan kegunaan bagi masyarakat. Misalnya, jika nanti patung berada di area Gumuk Pasir, mampu menunjang daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke lokasi tersebut”, papar Bima.“JSSP juga mengadakan workshop dan diskusi agar wawasan masyarakat sekitar bertambah, terutama di lokasi Gumuk Pasir dan Gunung Merapi. Banyak seniman yang tergabung di API juga pelaku usaha. Edukasi yang akan diberikan seperti branding dan marketing bagi masyarakat sekitar untuk membuat merchandise khas daerah masing-masing”, pungkas Bima menutup wawancara.Baca juga artikel tentang JSSP atau tulisan menarik lainnya Farras.